Laporan wartawan Banjarmasin Post, Mukhtar Wahid
TRIBUNNEWS.COM, PELAIHARI - Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Pertanian Pembangunan (SMK-SPP) Pelaihari di Kalimantan Selatan, terkenal mencetak petani handal.
Peserta didiknya memang disiapkan untuk memberi kontribusi nyata di tengah masyarakat.
Satu di antaranya, siswa jurusan agrobisnis ternak ruaminansia diajarkan membuat pupuk organik dari kotoran sapi dan kotoran ayam.
Mereka mempraktikkannya langsung di sekolah. Makanya, SMK-SPP Pelaihari mengklaim mampu memproduksi 2 ton pupuk organik.
Bagaimana prosesnya? Sekolah mewajibkan siswa dan siswinya menginap di asrama. Setelah pulang sekolah, mereka mengumpulkan kotoran sapi di sekitar kandang. Jumlah sapi di sekolah sekitar 80 ekor.
Untuk kotoran ayamnya, para siswa memperolehnya di kandang ayam potong yang dipelihara tak jauh dari lokasi kandang ternak sapi.
Mengenakan sepatu bot dan cangkul serta karung, kotoran ternak sapi itu dikumpulkan dan dimasukkan dalam karung.
Sudah terbiasa, sehingga aroma tak sedap dari air seni dan kotoran ternak sapi itu tak dirasakan para siswa tersebut saat mendekati kandang ternak.
Usai kotoran ternak sapi terkumpul, karung itu kemudian dibawa ke lokasi praktik pembuatan pupuk. Di dalam ruang praktik sudah tersedia sekam padi yang akan dicampur kotoran ternak tersebut.
Lastri, guru pembimbing mengatakan setiap tahun mampu memproduksi 2 ton pupuk organik. Pupuk itu dikemas dalam karung berukuran lima kilogram.
Mereka memasarkan pupuk tersebut secara online. Termasuk memanfaatkan pameran untuk menjual hasil produksi pupuk tersebut. Mereka juga memanfaatkan kenalan para pejabat.
"Harga satu karung isi lima kilogram itu hanya Rp 10 ribu," katanya.
Selama ini tak sedikit yang membeli pupuk buatan siswanya. Bahkan, ada saja dari sekolah lainnya yang meminta diajarkan cara memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk.(*)