Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Wafatnya Tuan Guru Helmi Abdul Majid meninggalkan duka bagi keluarga besar Pondok Pesantren Sa'adatuddaren, Kota Sebrang, Jambi, Senin (27/3/2017).
Rumah almarhum pengasuh Pondok Pesantren Sabadatuddaren di RT 02 Desa Niaso, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muara Jambi, terus ramai didatangi warga dan pelayat.
Sejak pagi silih berganti para santri, warga dan alumni berdatangan ke rumah duka. Dari jauh rumah panggung Tuan Guru Helmi seperti kebanyakan rumah-rumah di sekitarnya.
Di setiap gang menuju rumah duka berjejer motor dan mobil. Ribuan warga berpeci dan bersarung memenuhi setiap jalan hingga depan Masjid Darul Muttaqin untuk melayat ke rumah duka.
Kebanyakan warga merasa kehilangan, sedih atas berpulangnya salah seorang tokoh ulama Kota Sebrang ini.
Usai salat jenazah warga dan jemaah berebut mengangkat keranda jenazah Tuan Guru Helmi. Begitu juga ketika di pemakaman.
Tuan Guru Helmi Abdul Majid masyhur di kalangan santri di Kota Sebrang dan warga sekitar tempat tinggalnya. Hidupnya ia berikan untuk pendidikan agama di pesantren.
Ahmad Subhan mengatakan mertuanya, Tuan Guru Helmi, sempat dirawat di rumah sakit.
"Lalu membaik, pulang terus masih mengajar. Setelah beberapa hari dibawa lagi ke rumah sakit," ungkap Subhan kepada Tribun Jambi di rumah duka.
Tuan Guru Helmi Abdul Majid merupakan pimpinan keenam di pondok pesanten tertua di Kota Sebrang itu. Hidupnya cukup lama untuk mendidik para santri pondok pesantren yang sudah berdiri sejak 1915 itu.
Ponpes Sa'adatuddaren merupakan pondok salafiah dengan ciri pendidikan kitab kuning. Almarhum mengabdi sebagai guru di pondok sejak masih remaja.
Selama hampir 40 tahun hingga akhir hayatnya ia tak sekali pun pernah beralih dari aktivitasnya mengajar para santri di pesantren.
Sejak kecil Tuan Guru Helmi Abdul Majid menjadi santri di Pondok Pesantren Sa'adatuddaren hingga tamat dan kemudian mengabdi di almamaternya.
"Orangnya sederhana sekali, tampil apa adanya. Yang dipikirkan setiap hari santri dan pesantren, kalau diundang warga beliau selalu menyempatkan diri untuk datang," Subhan menambahkan.
Beberapa sebelum meninggal, meski dalam kondisi sakit dan tak memungkinkan untuk beraktivitas, Tuan Guru Hekmi masih sempat mengajar para santri.
"Kondisinya sudah tidak memungkinkan saat itu. Semangatnya sebagai ulama ini patut jadi panutan kami di keluarga," beber Subhan.
Budi, almunus Pondok Pesantren Sa'adatuddaren menuturkan sosok Tuang Guru Helmi sangat peduli dengan pendidikan agama. Terlebih di zaman sekarang di mana pendidikan pesantren mulai ditinggalkan.
"Sangat disiplin orangnya dan setiap apa yang disampaikan mudah dipahami dan beliau sosok yang tegas dalam mengajar," ungkap Budi.