Laporan Wartawan Surya, Nuraini Faiq
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Pemerintah Kabupaten Ponorogo telah memilih tempat untuk relokasi permanen warga Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung.
Kampung mereka yang saat ini terkubur longsor ini sudah tak layak menjadi pemukiman karena lokasinya membahayakan. Sewaktu-waktu longsor bisa kembali menerjang kampung mereka.
"Relokasi sedang disiapkan. Tapi tidak mungkin di wilayah Perhutani," kata Gubernur Jatim Soekarwo kepada wartawan pada Senin (3/4/2017)
Dalam waktu dekat pemerintah akan segera membuatkan rumah aman untuk 39 kepala keluarga korban terdampak longsor. Tanah dimaksud milik perangkat desa dan lahan desa.
"Kami sudah tanyakan ke Pak Bupati termasuk nanti bangunannya bagaimana. Hasil koordinasi, pembangunan rumah sementara untuk relokasi warga bekerja sama dengan TNI," tambah Pakde Karwo.
Pemprov Jatim dan Pemkab Ponorogo sepakat merelokasi permanen warga Dusun Tangkil. Rencananya masih di areal Desa Banaran sehingga masih terikat dengan tanah leluhur mereka.
Dalam catatan Pemprov Jatim, selain Kecamatan Pulung, ada tiga kecamatan lagi yang masuk daerah paling berpotensi tinggi longsor di antaranya Kecamatan Ngebel, Ngrayun, dan Slahung.
Delapan ekskavator saat ini dikerahkan untuk mencari 26 korban. Kendaraan berat ini juga untuk merekonstruksi kampung. Karena kerap hujan, kendaraan ini efektif bekerja 6 jam.
Pemprov Jatim tengah meminta ahli geologi UGM dan ITS untuk memetakan wilayah paling rentan longsor.
"Kita minya pakar geologi memetakan longsor tipe A Jatim dimana saja. Tidak hanya di Ponorogo. Ini untuk antisipasi ke depan," kata Pakde.
Pemprov Jatim tengah memikirkan kehidupan 30 KK warga yang mengungsi. Setelah dihitung, kebutuhan harian per orang adalah Rp 900 ribu per bulan.
Kasus longsor di Pulung lantaran tanah di situ memang subur. Namun tidak ditanami tambahan yang mampu menahan longsor. Pertanian sekaligus reboisasi menjadi solusi.
"Sekarang yang bahaya adalah kampung di bawah Pulung. Material ini akan ngglender menerjang kampung lain," kata Pakde Karwo.