TRIBUN MEDAN/Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tersangka pembunuhan satu keluarga Riyanto di Mabar yakni Andi Lala alias Andi Matalata terbilang pembunuh berdarah dingin.
Pasalnya dia sempat pergi melayat bersama keluarga besarnya di rumah duka di Mabar, Medan Deli, Minggu (9/4/2017).
Tukino (33) tetangga Andi Lala menceritakan, Andi Lala tidak resah ataupun tegang saat bertemu dan mengantar pemuda kampung ikut lomba balap di Klambir-V, Deliserdang, Minggu (9/4/2017) pagi.
Padahal, pada Minggu (9/4/2017) dinihari, Andi Lala diduga membunuh lima orang yang masih sekeluarga.
Seperti Riyanto (40), istrinya Sri Ariyani (38), kedua anaknya Naya (13) dan Gilang Laksono (8) serta Sumarni (60) (mertua Riyanto).
"Dia sempat mengantarkan anak-anak kampung ikut balap sepeda di Klambir-V, sana. Prilakunya juga biasa tidak aneh," katanya saat berbincang dengan Tribun-Medan.com, Selasa (11/4/2017).
Setelah mengantar anak-anak muda kampung melayat, lanjutnya, Andi Lala dikabarkan sempat melayat bersama keluarga dari Sei Rampah.
Setelah itu, pada Minggu (9/4) petang, Andi Lala menjemput anak-anak yang ikut lomba balap sepeda ke Klambir-V.
Namun, belasan anak muda yang ikut balap sepeda itu diturunkan di Simpang Penara, Lubukpakam.
Hingga kini, warga tidak mengetahui keberadaan Andi Lala.
Ia kabur gunakan mobil pikap hitam ke arah Perbaungan.
Namun, tidak satu pun warga mengetahui keberadaannya.
"Pada saat polisi datang pada Minggu (9/4) malam ke rumah Andi Lala dia sudah kabur. Ketika polisi datang istrinya juga enggak ada rumah, entah kemana kami tidak tahu," ujarnya.
Petugas kepolisian membawa Hasan Guk, ayah kandung Andi Lala ke Polda Sumut.
Tidak hanya itu, polisi juga membawa Tini, kakak ipar Andi Lala untuk dimintai keterangan sebagai saksi.
Tidak hanya itu, polisi juga membawa Riki, teman Andi Lala, yang diketahui warga Gang Masjid Lubukpakam.
Warga mengenal Andi Lala berteman akrab dekat dengan Riki.
"Riki dan Andi Lala merupakan teman kompak. Mereka sering kerja sama sebagai panitia balap sepeda di berbagai daerah. Bahkan selalu bersama-sama keluar kampung," katanya.
Sedangkan, Rohaya, warga sekitar menambahkan, Reni Safitri dikenal sebagai perempuan yang taat beribadah.
Apalagi, selalu gunakan terudung saat beraktivitas keluar rumah.
"Kalau Reni itu baik kali, taat beribadah, dan sebagai bendahara pengajian di kampung. Dipukuli suaminya juga sabar, diam aja tidak melawan," ujarnya.
Sebagai bendahara pengajian di kampung, lanjutnya, Reni selalu meminta uang bila ada warga yang kemalangan.
Dan memegang uang iuran pengajian di kampung.
Reni juga dikenal sebagai sosok warga yang pendiam.
Artinya, tidak banyak cerita tentang masalah keluarga ataupun permasalahan lain kepada teman dekat.
Oleh sebab itu, banyak warga yang kecewa dengan perbuatan pembunuhan itu.
"Yang saya tahu dari cerita warga lainnya. Pada Sabtu (8/4) Andi Lala rental mobil Wak Ucok Gondrong yang rumahnya di Gang Masjid-II Lubukpakam. Wak Ucok dan istrinya juga sudah di bawa ke Polda Sumut," katanya.
Warisan
Andi Matalata alias Andi Lala, bersama istrinya Reni Safitri, dikenal sebagai pribadi yang baik di lingkungan rumahnya.
Andi ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan lima orang satu keluarga yang tidak lain masih keluarganya sendiri.
“Andi sendiri memang asli orang sini, sementara perempuannya orang Seirempah. Nenek Reni orang sini,“ kata warga Rohaya.
Warga lainnya Tukino menjelaskan orangtua Andi sakit-sakitan.
Sudah 10 tahun menikah, Andi dan Reni dikaruniai seorang putra dan kini duduk di kelas lima sekolah dasar.
“Andi Lala itu kawanku sekelas dulu, waktu masih sekolah, kawanku akrab sekali,“ Tukino menambahkan.
Warga sekitar menceritakan Andi yang hobi bersepeda, sehari-harinya bekerja mengelas di samping rumahnya. Terkadang Andi menyewakan tenda pesta pernikahan.
“Reni ini istri solehah, baik sekali, memakai kerudung ke mana-mana. Dipukuli suaminya pun sabar, sebelum kejadian mereka sempat ribut dan para tetangga dengar,“ kata Rohaya.
“Biasanya ikut pengajian dan pegang uang kas pengajian dan kemalangan, Reni juga anggota perwiritan Al Ikhlas di kampung ini,“ tambah dia.
“Kalau dipukuli suaminya Reni enggak pernah melawan, dia diam saja. Reni orangnya tertutup tidak banyak bicara. Kawan dekat sini, yang ada depot air minum keluarganya semua,“ kata dia.
Banyak warga tidak menduga Andi membunuj karena rajin salat dan ketua remaja masjid.
“Terakhir satu bulan yang lalu, Andi mau utang uang kepadaku Rp 100 ribu. Hanya enggak pernah jumpa dan saya enggak kasih utang. Datang ke kerjaan di pembakaran batu,“ ujar Tukino.
Warga sekitar meyakini kasus pembunuhan ini dipicu persoalan tanah warisan keluarga istrinya, karena adanya gusuran dari pembangunan terdampak jalan tol.
"Mungkin karena saudara itu kali ya, karena kepling ditanyain tidak ada cekcok tapi kok tiba-tiba ada pembunuhan satu keluarga,"kata Tukino.
Rohaya mengatakan sebelum kejadian sempat terjadi ribut antara Andi dan Reni, dan warga sekitar mendengar.
tio/tribun-medan.com