Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, BENGKAYANG - "Satu setel seragam sekolah di tempat kami sekitar Rp 300 ribu dan orang-orang yang tidak mampu tentu tidak mampu membeli."
Kepala Desa Sungkung I, Deo Rajiman, menyinggung harga satu setel seragam sekolah demikian tinggi hanyalah dampak turunan dari masih jeleknya akses jalan.
Desa Sungkung di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, termasuk satu dari sekian desa yang berada dekat dengan perbatasan Malaysia.
Tim Sekretariat Presiden merasakanberatnya medan jalan menuju Desa Sungkung. Tim pembawa bantuan peralatan sekolah dari Presiden Joko Widodo untuk anak-anak sekolah dasar di sana melibatkan personel Kodam XII/Tanjungpura.
Mereka berangkat dari Kodam XII/Tanjungpura di Pontianak menuju Desa Sungkung pada Sabtu (8/4/2017) melalui Entikong, Kabupaten Sanggau.
Baca: Cerita Beras Merah Warga Sungkung dan Sepucuk Surat untuk Presiden Jokowi
Perjalanan harus ditempuh sejauh 255 kilometer. Dari Entikong tim berlanjut ke tempat tujuan di Bengkayang yang berjarak 51 kilometer.
Hujan yang mengguyur selama beberapa hari terakhir membuat akses jalan menuju Desa Sungkung berkali-kali menyulitkan. Kondisi jalan becek dan berlumpur, sampai beberapa motor terpaksa ditinggalkan karena rusak dan tak bisa dipakai menuju Desa Sungkung.
Di balik kedatangan Setpres, warga Desa Sungkung diwakili Deo berharap kondisi akses jalan yang buruk selanjutnya menjadi perhatian Presiden Jokowi.
"Harapan kami ke depan tolong Bapak Presiden juga dapat memperhatikan akses jalan kami di Sungkung. Karena kalau masyarakatnya seperti itu, tentu ada penyebab yang mendasarinya," terang Deo.
Akses jalan yang buruk dan berlumpur di kala hujan menjadi penyebab anak-anak sulit mendapatkan seragam sekolah yang layak dan tak kumuh lagi.
Dikatakan Deo, harga yang harus tebus untuk satu stel seragam sekolah sekitar Rp 300 ribu untuk SD, sementara harga seragam untuk SMP dan SMA bisa lebih tinggi.
"Kalau sepatu ada yang harganya sampai Rp 450 ribu. Itu yang biasa, belum sepatu-sepatu yang bermerek," papar dia.
Tak hanya harga seragam sekolah yang mahal, kebutuhan hidup di Sungkung juga mahal. Harga per sak semen di Sungkung Rp 450 ribu. Harga tersebut tersedot untuk ongkos angkut.
Warga Sungkung sangat berharap Presiden Jokowi segera membangunkan akses jalan ruas Sungkung- Entikong. Bisa juga membangun jalan dan dihubungkan dengan jalan paralel.
Di tengah keterbatasan akses jalan warga Desa Sungkung sangat tertolong oleh hasil perkebunan mereka berupa sahang atau lada dan padi.
Selama ini lada menjadi pilihan lantaran hasil jualnya cukup menjanjikan, sehingga dapat menopang perekonomian warga di Desa Sungkung.
Ia mencontohkan jika harga lada di Entikong sebesar Rp 100 ribu, di Sungkung sekitar Rp 50 ribu, jadi separuhnya adalah untuk ongkos angkut.
"Masyarakat kami sebenarnya bukan miskin, tetapi karena akses jalan ini tidak ada. Ini yang menyebabkan masyarakat kami menjadi miskin," ia menegaskan.
Warga Desa Sungkung tak kalah khawatir karena beredar informasi tanah yang mereka tinggali masuk kawasan konservasi hutan lindung. Sehingga menghambat pembangunan akses jalan.
Harapan mereka dalam waktu dekat agar Presiden Jokowi memberikan kepastian status hutan lindung di daerah Sungkung. Dengan begitu warga tahu apakah mereka tinggal di kawasan konservasi atau tidak.
"Kalau dikatakan hutan lindung di sana sudah tidak ada lagi hutan, yang ada perumahan penduduk, perkebunan dan ladang-ladang penduduk," begitu cerita Deo.