Kejanggalan terjadi ketiga Oki berusia 9 bulan. Usai imunisasi campak, badan Oki panas tinggi sampai kejang-kejang. Oki bayi terus rewel.
"Sejak itu Oki gampang sakit, rewel terus. Sudah saya bawa ke dokter, ke mana-mana, tapi tidak ada hasil. Bahkan lebih parah. Kakinya Oki tidak bisa digerakkan sendiri. Kalau kata dokter ada kelainan pada tulangnya," ujar Mbok Nah.
Sejak itu, Mbok Nah biasa menggendong Oki saat bepergian, terutama saat hendak menghadiri pengajian-pengajian di lain desa atau kecamatan bahkan luar kota.
Dalam sebulan, dia bisa 3 sampai 5 kali mendatangi majelis-majelis pengajian agama Islam ke luar desanya.
Saking rajinnya, ustaz pengisi pengajian hafal dan kerap merindukan Oki jika tidak hadir.
"Kalau pas saya datang sendirin Pak Kiai suka nanyain Oki. Sampai orang gila di pinggir jalan saja hafal sama saya dan Oki, kalau saya nggak datang dia (orang gila) suka nanya kok saya kemarin nggak datang kenapa, ha-ha-ha," kata Mbok Nah tertawa sambil menatap Oki.
Bagi Mbok Nah, menghadiri pengajian adalah kegiatan yang menyenangkan meski harus bersusah-payah.
Ia sejenak meninggalkan pekerjaannya mencari nafkah untuk menimba ilmu agama sebanyak mungkin.
Ia juga senang bisa bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai daerah, yang sama-sama menghadiri pengajian tersebut. Setiap naik angkot, Mbok Nah menghabiskan ongkos antara Rp 10.000 - Rp 20.000 pulang pergi.
Meski fotonya viral di media sosial, Mbok Nah sama sekali tidak mengetahuinya.
Ia tidak tahu bahwa ternyata ada orang yang memotretnya di jalan lalu diunggah di media sosial.
"Wah, saya tidak tahu (fotonya di Facebook). Kalau mau pengajian saya memang suka ajak dia, saya gendong karena dia kan tidak bisa jalan. Ta' gendong sampai pertigaan (pangkalan angkot) lalu naik angkot," ungkap Mbok Nah.
Ingin sekolah
Dahulu, kata Mbok Nah, dirinya kerap menggendong Oki ke mana pun pergi. Tapi seiring bertambahnya usia, badan Oki semakin berat. Tubuh Mbok Nah juga semakin lansia.