Laporan Wartawan TribunSolo.com, Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Peringatan naik tahta atau Jumenengan Paku Buwono (PB) XIII Keraton Solo dilaksanakan Sabtu (22/4/2017) hari ini.
Meski begitu, muncul kabar tak sedap dari GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, putri raja Keraton Solo tersebut.
Timoer mengaku tidak mendapat undangan ulang tahun penobatan ke-13 ayahnya menjadi raja.
Hal itu disampaikan Timoer saat dihubungi wartawan Jumat (21/4/2017) malam.
"Kalau tidak menggunakan undangan ya tidak bisa mengikuti prosesi jumenengan," katanya.
Hingga Jumat malam kemarin, Timoer belum juga mendapat undangan tertulis maupun lisan.
Terkurungnya Timoer di Keputren atau kediaman putri raja di area dalam keraton membuatnya tak mendapat akses untuk keluar keraton.
"Saya di dalam keputren, terkurung dan dijaga aparat, tidak tahu besok jumenengan gimana," ungkapnya menambahkan.
Berita terkurungnya putri raja Keraton Solo itu terjadi sejak Polda Jawa Tengah melakukan pengosongan area keraton dalam rangka persiapan jumenengan sejak Sabtu (15/4/2017) lalu.
Sementara itu, Humas Jumenengan, KP Bambang Ari Pradotonagoro, menerangkan keluarga Keraton Solo dan abdi dalem (pengabdi) biasanya hadir jumenengan tanpa dengan undangan.
"Hal itu sudah biasa namun atas kemauan Sinuhun (PB XIII)," ucapnya ditemui usai jumpa pers jumenengan, kemarin Jumat (21/4/2017) sore.
Baca: Seorang Putri Raja Keraton Solo Terkurung di Keputren
Namun, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djarod Padakova, membantah berita pengurungan maupun isolasi seperti yang diungkapkan Timoer.
"Gusti Timoer tidak keluar Keputren karena kemauan sendiri, polisi tidak mengunci atau mengurung," jelasnya.
Bahkan, justru polisi memberi pelayanan terhadap Timoer.
"Maka ditunjuk lah Kompol Juliana (Kapolsek Jebres) untuk menjaga dan membantu apapun kebutuhan dari Timoer," paparnya.
Dia menerangkan, selama ini pihaknya selalu berkomunikasi melalui Kompol Juliana agar pelayanan selalu diberikan terhadap putri PB XIII itu.
"Termasuk keinginan Timoer bertemu putranya juga akan dibantu," katanya.
"Namun karena dia (Timoer) tidak mau keluar keraton, sang putra didatangkan untuk menemui ibundanya (Timoer)," imbuh dia.
Selain itu, polisi juga menawarkan diri untuk memenuhi segala keinginan Timoer termasuk membeli makanan hingga mengantar putranya berangkat sekolah.