TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Mendeteksi keberadaan HIV tidak dapat dilakukan dengan kasat mata. HIV biasanya terdeteksi saat pengidap sudah terinfeksi penyakit lain, seperti TB (tuberculosis).
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak gerakan pemberantasan HIV AIDS untuk menemukan lebih dini penderita, atau ketika yang bersangkutan baru terinfeksi HIV. Dengan begitu, penanganannya lebih mudah.
Pimpinan Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr Soetomo, dr Erwin Astha Triyono SpPD, mengungkapkan, ketika UPIPI didirikan pada 2004, pasien yang masuk umumnya dalam keadaan AIDS. Jadi, virus HIV sudah punya tumpangan penyakit atau infeksi lain.
“Ini mestinya tidak terjadi, kalau penderita HIV diketahui lebih dini, dan dilakukan pengobatan langsung,” ujar Erwin, usai Seminar Peningkatan Pemahaman Pemuda Tentang Bahaya HIV AIDS, Kenakalan Remaja dan Narkoba 2017 di Balai Pemuda Rabu (3/5/2017).
Baca: Ibu Rumah Tangga Mendominasi Jumlah Penderita HIV AIDS di Surabaya
Saat ini, lanjut Erwin, unitnya menangani sekitar 2.900 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Sangat berbeda dengan awal dibukanya UPIPI, pasien yang memanfaatkan hanya 16 orang.
“Pasien kami ini sampai sekarang kondisinya sehat dan beraktivitas normal,” tuturnya.
Berpikir Positif
Erwin memberi apresiasi pada daerah-daerah, termasuk Surabaya dan Tulungagung, yang memiliki temuan penderita HIV tertinggi Jatim.
Temuan itu cukup membantu penanganan korban, sekaligus mencegah penyebaran.
“Untuk daerah dengan kasus HIV rendah, jangan senang dulu. Sebab bisa jadi rendahnya angka itu karena lemahnya proses penjaringan dan deteksi," ujarnya.
Ia mengajak masyarakat berpikir positif terhadap pengidap HIV. Termasuk terhadap pendamping dan pekerja medisnya.
Ia pun menekankan, pola penularan HIV melalui faktor sex bebas dan jarum suntuk narkoba.
“Selebihnya bisa terjadi tetapi cuma nol koma, jadi tidak usah dipikirkan,” tegasnya.
Di UPIPI, seluruh poli beserta dokter yang melayani lengkap. Mulai poli penyakit dalam, syaraf, kulit, paru dan sebagainya.
Setiap pasien rawat jalan akan ditangani hanya dengan menunjukkkan rekam medis.
"Kalaupun butuh konsultasi dokter lain akan segera difasilitasi,” katanya.