TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Di lingkungan masyarakat pertanian, bonggol atau janggel jagung dianggap limbah yang tidak lagi bisa dimanfaatkan.
Namun di tangan Stefanus Indri Sujatmiko, bonggol jagung menjadi karya seni yang bernilai tinggi.
Karya yang membuatnya dikenal hingga luar negeri ini tak melulu digunakan untuk diri sendiri, ia ingin karya ini juga menjadi sumber pendapatan warga di sekitar lingkungan tinggalnya.
Rumah sederhana di Minggir II RT 01/03 Sendang Agung, Minggir Sleman pada Rabu (3/5/2017) siang terlihat sepi layaknya rumah di pedesaan; ketika sebagian besar warganya bekerja di sawah.
Di depan rumah, sehelai kain tenda menjadi tempat ratusan bonggol jagung dijemur.
Di bagian samping rumah, terlihat beberapa orang berkutat dengan alat amplas.
Seorang pria berkulit gelap kemudian berdiri dan menyambut awak media yang datang.
Pria tersebut kemudian mengajak awak media masuk ke samping rumah. Seorang pemuda sedang mengamplas benda berbentuk tabung.
Di sisinya, seorang remaja perempuan memasang potongan tabung-tabung ke semacam rangka yang berbentuk seperti tutup lampu hias.
"Tutup lampu itu terbuat dari bonggol jagung. Setelah dijemur dan diamplas, lalu dipotong dan dibentuk menjadi beragam barang, mulai dari tutup lampu, tempat tisu, miniatur, hingga lukisan," kata pria berkulit gelap yang kemudian diketahui bernama Stefanus Indri Sujatmiko.
Tidak usah heran. Bonggol jagung memang bukan barang yang lazim untuk membuat kerajinan.
Namun di tangan Indri, bonggol jagung ternyata bisa menjadi benda yang bercita rasa seni dan bernilai tinggi. Keprihatinan akan banyaknya limbah bonggol menjadi awal kreativitas Indri.
"Awalnya saya belajar itu dari Pak Edi Juandi asal Bogor. Saya sempat belajar kesana. Pak Edi itu kan bikin tutup lampu."
"Setelah belajar, saya coba kembangkan sendiri jadi macam-macam barang. Apalagi di sekitar sini ada mahasiswa ISI, saya ajak mengembangkan," katanya.
Kreasi Indri terus berkembang dari awalnya tutup lampu menjadi berbagai produk.
Di ruang tamu rumahnya, pengunjung bisa melihat ada miniatur menara Eiffel, Monas, bingkai foto, bangku, bahkan lukisan! Ya, Indri memang telah berhasil membuat lukisan unik berbahan dasar bonggol pisang.
"Mulai dari potret Presiden Joko Widodo, Barack Obama, hingga Bung Karno. Rencananya ke depan saya juga akan membuat potret Mahatma Gandhi," katanya.
Untuk membuat lukisan dari bonggol jagung prosesnya menutut ketelitian dan ketelatenan yang kuat.
Bonggol yang dipakai pun bukan sembarang bonggol jagung. Untuk mencari bentuk, ukuran, warna dan kelenturan yang pas ia mencari hingga ke berbagai daerah.
"Mulai dari sekitar Seyegan, Minomartani, bahkan sampai ke Gunungkidul, Kulonprogo dan Klaten.
Soalnya, bonggol jagung dari tiap daerah beda-beda warna, bentuk dan kelenturannya.
Saya harus menyesuaikannya untuk membentuk lukisan saya," ungkapnya.
Proses pembuatan lukisan yang memakan waktu 2-4 minggu ini menurut Indri dimulai dari mencari pola yang sesuai. Setelah itu ia membuat line art melalui program pengolah gambar di komputer.
Kemudian, ia mencari bahan bonggol yang pas.
"Ukuran bonggol harus presisi, untuk itu perlu diamplas dengan amplas yang paling kasar. Sebab, bonggol jagung itu lumayan keras. Ukurannya harus pas agar cocok ketika dipasang. Untuk warna hitam saya mewarnainya juga cukup sulit karena pewarna tidak mudah meresap ke bonggol yang keras itu," paparnya.
Setelah bahan tersedia, Indri pun menggunakan alas sebagai kanvas dasar. Bonggol yang telah dipotong dan diwarnai kemudian disusun, ditempel di kanvas menggunakan lem tembak. Setelah semua bonggol terpasang, ia menggelontorkan lem kayu dan air di sela bonggol agar melekat kuat satu sama lainnya.
"Kanvas dasarnya itu nanti dilepas. Jadi cuma bonggol jagungnya saja. Untuk bingkainya pun saya juga memakai bonggol jagung," lanjutnya.
Menurut Indri, lukisan dari bonggol jagung tersebut cukup diminati pembeli dari mancanegara.
Mulai dari India, Inggris dan Arab Saudi melirik karyanya yang dibandrol mulai Rp 2 juta ini. Meskipun demikian, Indri mengaku lukisan masih menjadi eksperimennya.
"Masterpiece" karyanya dari bonggol jagung adalah miniatur Candi Borobudur yang ada di garasi rumahnya.
"Kalau yang ini, saya jualnya mulai Rp 20 juta. Karena, ini karya yang cukup sulit. Masterpiece lah istilahnya," katanya.
Sejak memulai usahanya pada Januari 2015, Indri mengaku cukup terbantu dengan berbagai pameran yang digelar.
Selain itu, ia juga memasarkan karyanya ini melalui media sosial. Pendapatan dari usaha ini juga cukup lumayan untuk keluarganya.
"Namun buat saya, inginnya sih nanti kerajinan bonggol jagung ini bisa menjadi semacam usaha bersama warga di sini; menjadi semacam desa wisata lah."
"Dengan demikian, semua bisa merasakan manfaatnya dan usaha ini juga semakin berkembang," pungkasnya. (tribunjogja.com)