News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tak Terima Lokalisasi Ditutup Para Mucikari Ini Sempat Ancam Wakil Bupati Tegal

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi.

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Mamdukh Adi Priyanto

TRIBUNNEWS.COM,SLAWI - Menjelang penutupan empat lokalisasi di pantai utara Kabupaten Tegal, ancaman datang dari para muncikari.

Mereka tidak terima tempat usahanya itu ditutup pemerintah setempat.

"Saya dan sejumlah teman sempat mendapatkan ancaman. Tapi sebelumnya sudah sering ancaman dilayangkan kepada kami," kata Wakil Bupati Tegal Umi Azizah.

Pemkab Tegal bekerjasama dengan Kementerian Sosial menutup empat lokalisasi di dua kecamatan, Kramat dan Suradadi, Jumat (19/5/2017) sore.

Tiga di antaranya berada di Kramat yaitu Turunan di Desa Maribaya, Gang Sempit di Desa Kramat, dan Wandan di Desa Munjungagung.

Kemudian Peleman di Desa Sidaharjo, Kecamatan Suradadi.

Jumlah pekerja seks komersial (PSK) di Peleman sebanyak 208 orang, Wandan 113 orang, Gang Sempit 49 orang, dan Turunan 54 orang.

Mereka mendapat bantuan berupa alat masak atau alat penunjang wirausaha serta bantuan uang Rp 5,5 juta per orang.

Setelah menyerahkan secara simbolis bantuan untuk eks penghuni, Umi Azizah mengecek ke Peleman.

Dia memeriksa pintu rumah yang sudah digembok penghuninya.

Sebagian besar, bangunan rumah dan penginapan sudah digembok dari luar.

Namun, beberapa warung masih terbuka.

Sejumlah penghuni juga tampak duduk di luar.

Seorang eks-penghuni lokalisasi Peleman, Nur Janah (29), mengaku senang karena menerima bantuan.

Ia berjanji akan mengubah hidup yang lebih baik.

"Tidak mau lagi (jadi PSK). Setelah ini saya mau pulang dan membuka usaha dengan modal bantuan pemerintah," ujar warga Cilacap itu.

Kepala Dinas Sosial, Nurhayati, mengatakan hanya 110 dari total 424 PSK yang mau menerima bantuan.

Sisanya sedang diupayakan.

"Dalam melakukan pendekatan, kami melakukannya secara humanis, tidak memaksa," ucap Nurhayati.

Supaya tempat prostitusi itu tidak "hidup" lagi, aparat keamanan dari Polri dan TNI serta Satpol PP akan membangun posko di pintu masuk lokalisasi.

"Ada penjaga yang terus bersiaga hingga Desember 2017. Tujuannya mencegah kegiatan prostitusi bergeliat kembali," tandasnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini