Laporan Wartawan Tribun Medan/Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Aksi teror di Indonesia kian brutal dan targetnya bukan lagi rumah ibadah, melainkan aparat kepolisian.
Suburnya gerakan teror yang mengatasnamakan jihad dan agama ini tak terlepas dari minimnya pendidikan dan pemahaman para pelaku terhadap konsep agama.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelaku-pelaku ini nekat melakukan aksi bunuh diri. Salah satu point pentingnya adalah faktor pendidikan, kemiskinan dan kesenjangan sosial serta salahnya pemahaman dalam memandang konsep agama," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Berkarya Sumatera Utara, Rajamin Sirait di ruang kerjanya, Jumat (26/5/2017) sore.
Rajamin mengatakan, tak satupun agama di muka bumi ini yang mengajarkan aksi bunuh diri. Bahkan, kata Rajamin, tak pernah disebutkan dalam kitab manapun tiap pelaku bunuh diri akan masuk surga.
"Apa yang diadopsi para pelaku bunuh diri ini karena adanya paham intoleransi dan kebencian yang terus menerus di pikirannya."
"Maka dari itu, untuk menghempang aksi radikal seperti ini perlu kembali ditanamkan pemahaman akan Pancasila," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, untuk menghempang aksi teror perlu adanya peningkatan kewaspadaan di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan tempat tinggal.
"Selaku masyarakat, kita juga harus perduli terhadap kondisi lingkungan kita. Apabila menemukan orang-orang yang mencurigakan, patut diawasi dan segera melapor ke kepala lingkungan setempat atau polisi," katanya.
Perwira berpangkat tiga melati emas di pundak ini mengatakan, Kapolda Sumut Irjend Rycko Amelza Dahniel sudah memberikan imbauan kepada seluruh jajaran untuk memperketat penjagaan markas komando.
Kemudian, diminta bagi tiap anggota untuk melakukan patroli rutin ke tempat-tempat objek vital.(Ray/tribun-medan.com)