TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - "Janggal." Kata itu keluar dari mulut JS, gay Kota Semarang, menanggapi penggerebekkan pesta gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara,
Ia mengatakan tidak mungkin 140 gay lebih ditemukan dalam sebuah pesta secara bersamaan. Apalagi beredar foto kejadian di berbagai media sosial.
"Komentar pertama saya harusnya aparat yang menyebar foto itu bisa kena UU ITE tuh," kata JS dengan nada tinggi saat ditemui Tribun Jateng pekan lalu.
Ia mengatakan kalau pun ada pesta gay tidak mungkin sebanyak itu. Dalam suatu party, pasti ada lokasi untuk berhubungan intim. Tapi biasanya ada di ruangan tertentu. Tidak bersamaan ratusan orang.
JS menyebut seluruh gay yang ditangkap itu ditelanjangi. Hal itu baginya merupakan pembunuhan karakter bagi yang berada di dalam foto.
"Bisa saja yang telanjang itu tidak melakukan hal itu, kemudian tidak semua gay seperti itu. Banyak yang melakukan kegiatan positif kok," kata pria bertubuh atletis tersebut.
JS mulai menyalakan rokok sebelum melanjutkan ceritanya. Setelah beberapa kali mengisap rokok, pria berkacamata itu kembali bercerita. Kali ini tentang pesta gay di Kota Semarang.
Ia menceritakan, pesta gay di Kota Semarang tidak sebesar Kota Jakarta dengan peserta hingga ratusan orang.
Pesta gay atau ia sebut party, diadakan secara privat. Jumlah pesertanya pun sedikit, hanya belasan orang dan paling banyak 20 orang. “Itupun keluar masuk,” cetus dia.
Penyelenggara party pun hanya mengundang orang-orang yang dikenalnya. Pesta banyak dilakukan di hotel atau tempat lain yang memadai. "Aku pernah ikut sekali," kata dia.
Ia tidak memungkiri ada party yang menggunakan jasa striptis untuk menghibur. Di setiap pesta juga ada ruangan untuk berhubungan badan. Namun tidak bercampur di lokasi party tersebut.
JS menggambarkan, ilustrasi yang sesuai adalah kejadian penggerebekan di Surabaya. Kejadian itu mirip dengan di Kota Semarang. Hanya bersifat privat dan beberapa orang yang terlibat.
Jemari JS kembali mengambil batang rokok kedua. Kali ini, ia langsung melanjutkan ceritanya.
"Kalau saya bilang, kejadian di Jakarta itu termasuk apes. Mungkin sesajennya kurang. Tapi kalau mau buka-bukaan, aparat juga ada yang gay kok, bahkan ada anggota dewan juga lho," tuturnya lalu tertawa.
Menurutnya, gay sama seperti manusia lainnya yang bisa berkarya. Ia berharap tidak ada diskriminasi terhadap kaum gay. Selama tidak mengganggu, para gay seharusnya bisa hidup damai tanpa harus ditangkap.
JS juga mengajak para gay di Kota Semarang melakukan kegiatan sosial semisal kampanye HIV/AIDS dan sebagainya.
Saat ini banyak gay di Kota Semarang yang melakukan kegiatan positif seperti membentuk komunitas badminton, hingga membentuk komunitas entertainer.
Sedang apes
"Kejadian (penggerebekan gay) di Jakarta heboh sih, tapi kalau saya tidak gitu ngurus karena tidak pernah macam-macam," kata pria gay lainnya di Kota Semarang, Boni (bukan nama sebenarnya) dalam perbincangan dengan Tribun Jateng.
Pria berkacamata itu menuturkan tanggapan beragam dari teman-temannya di Kota Semarang, menyusul penggerebekan pesta gay di Jakata. Ada yang bilang sedang apes, hingga ‘kurang setoran’. Namun, ia memilih tidak membesar-besarkan perkara itu.
Boni tidak terlalu memikirkan penggerebekan itu karena punya prinsip soal seks aman. Hal itu karena faktor keluarganya. Ia membatasi dirinya dalam pesta gay karena orangtuanya menerima kepribadiannya apa adanya.
"Kalau aku sih pesan sama teman-teman supaya lebih hati-hati saja, jangan sampai dijebak," ucapnya. TRIBUN JATENG CETAK