Laporan Wartawan Tribun Bali, Putu Candra
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Tiga puluh pecalang berjaga-jaga di sekitaran lapangan yang digunakan warga binaan Lapas Kerobokan, bali, untuk menjalani salat Id, Minggu (25/6/2017).
Pecalang itu, tak lain juga bagian dari warga binaan yang ditunjuk pihak Lapas Kerobokan, untuk mengamankan jalannya salat.
Kepala Lapas Kerobokan Tonny Nainggolan mengatakan, pecalang yang direktut itu berasal dari pelbagai latarbekang agama.
"Selama ini toleransi di lapas berjalan sangat baik, dan terbukti dengan kami membentuk pecalang yang beranggotakan 30 warga binaan. 30 pecalang ini bukan hanya beragama Hindu, tapi juga ada umat Muslim, Buddha, Kristen," jelasnya.
Pun dikatakan Tonny, pecalang itu selalu dilibatkan dalam setiap kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Lapas Kerobokan.
Hal itu, kata Tonny, selain untuk membantu menjaga kegiatan, keberadaan pecalang dari berbagai latar agama ini untuk merawat tolerensi antar warga binaan.
"Setiap kegiatan keagamaan apapun kami selalu melibatkan pecalang. Walaupun berada di dalam kami wajib merawat toleransi, karena warga binaan yang ada di sini berasal dari beragam latar belakang. Ini yang kami jaga," tegasnya.
Tonny menyatakan, dibentuknya pecalang ini merupakan kebijakan Lapas Kerobokan.
Karena menurutnya keberadaan pecalang adalah bagian dari budaya Bali dan harus diapresiasi.
"Di Bali salah satu budaya yang harus diapresiasi, adanya pecalang, dan ada di setiap banjar. Kami merasa keberadaan pecalang sangat dibutuhkan untuk menjaga dan membantu petugas melaksanakan tugas, khususnya penanganan etika," paparnya.