Laporan Wartawan Tribun Medan, Arjuna Bakkara
TRIBUNNEWS.COM, PADANGSIDIMPUAN - Duka mendalam tak hanya membalut keluarga duka atas kepergian Ipda Anumerta Martua Sigalingging, tapi kepedihan juga dialami sahabat lamanya saat bertugas di Polres Tapsel.
Martua tewas dalam insiden penyerangan teroris ke Mapolda Sumut, Minggu (25/6/2017) dini hari, tepatnya pukul 03:00 WIB.
Kanit SPKT Polres Tapsel, D Sidauruk mengenal Martua saat mulai bertugas sejak 2001 di Polres Tapsel. Sebelumnya, Martua bertugas di Kalimantan.
Dulu, mendiang Martua bertugas di Sabhara dan akhirnya pindah ke Unit Reskrim pada 2014. Tahun 2004 itu, mereka pun bergabung dan semakin kompak, memahami setiap pribadi masing-masing anggota, karena Martua diangkat menjadi Katim Buser Polres Tapsel sejak 2004 hingga 2014.
Sidauruk menceritakan almarhum merupakan orang yang humor serta tak pernah tersulut emosi atas persoalan yang ada.
"Yang tak bisa kulupakan, dia orangnya sangat humoris. Tak mau marah, selalu senyum," ujarnya kepada www.tribun-medan.com saat berkunjung ke rumah duka, di Desa Silandit, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Jalan Abdul Gani Siregar, Senin (26/6/2017) siang.
Ia mengaku kehilangan atas kepergian sahabat lamanya. Apalagi, teringat masa-masa dulu, ketika ada kasus, almarhun selalu dapat memberikan solusi.
Martua dinilai sebagai orang yang tidak kalah dalam mengambil inisiatif untuk mengatasi berbagai persoalan. Bahkan, tak juga menciptakan peng-kelas-an junior dan senior.
"Seingat saya, dia merupakan orang yang selalu menjadi panutan selama tugas di sini. Bawahannya, selalu diberinya motivasi. Kupikir, tak hanya aku yang kehilangan. Rekan yang lain juga," bebernya.
Bagi Sidauruk, sosok Martua berbeda dengan yang lain. Martua tak serta merta gampang emosi.
Namun, selepas Martua bertugas di Polda Sumut sejak 2015 hingga akhir hayatnya, mereka tak lagi bisa sering bertemu.
Tetapi hubungan mereka secara ikatan batin tidak terpisahkan, meskipun mereka telah berjauhan. "Yah, walau pun berjauhan bukan berarti saling melupakan," tuturnya.
Amatan wartawan, hingga pukul 12.00 WIB, upacara adat masih sedang berjalan. Berganti-ganti kerabat dan keluarga dekat memberi kata-kata dan penguatan kepada Mianna boru Manalu, istri korban, serta ke-9 anaknya.
Sejumlah karangan bunga tampak menyemarakkan suasana duka di sekitar jalan menuju rumah sederhana itu.(