Laporan Reporter Tribun Jogja, Azka Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sebagai sebuah tradisi yang berlangsung sejak dahulu kala, deretan gunungan yang diperebutkan dalam prosesi Grebeg Syawal, dipercaya mampu mendatangkan berkah.
Terang saja, masyarakat dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang untuk ngalap berkah dan turut merayah gunungan di Halaman Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Senin (26/6/2017).
Salah satu warga yang memegang teguh kepercayaan itu adalah Jumi (70), warga Gamping, Kabupaten Sleman. Tampak, perempuan lansia tersebut, datang dengan didampingi seorang kerabatnya.
"Ngalap berkah. Nanti, hasil rayahan ditanam di depan rumah atau sawah, buat tolak bala," katanya.
Namun, dengan usianya yang sudah tergolong uzur, Jumi tak memungkiri, kalau kondisi tubuhnya tak sanggup bersaing dengan perayah lain yang lebih muda, untuk berjibaku langsung memperebutkan isi gunungan.
Ia hanya bisa mengais sisa-sisa gunungan yang belum terjamah, sembari berharap lemparan-lemparan dari pucuk.
"Yang penting niat saya ngalap berkah. Rutin datang kesini setiap grebeg," ujarnya.
Berbeda dengan Jumi, dua pemuda yang turut merayah gunungan hingga puncaknya, Abidin (19) dan Dicky (19), lebih memilih untuk memberikan hasil rayahannya kepada orang yang secara fisik sudah tidak memungkinkan untuk ikut berdesak-desakan merayah gunungan.
Menurut mereka, yang merupakan warga Kauman, Yogyakarta itu, ada kebanggaan tersendiri ketika bisa sampai di pucuk gunungan.
"Hasilnya memang lebih banyak kami bagikan. Tapi, kalau bisa sampai pucuk gunungan, ada kebanggaan tersendiri," ucap Abidin.
Keduanya pun mengaku rutin ikut merayah gunungan dalam setiap keseempatan.
"Saya kan cuma orang sini, sewaktu-waktu bisa ikut merayah gunungan. Karena itu, hasil rayahan mending dibagikan untuk orang yang datang dari jauh, terutama yang sudah sepuh-sepuh," imbuh Dicky. (*)