Laporan Wartawan Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Orangtua punya alasan memberikan nama untuk anaknya, begitu juga orangtua N, siswi baru SMK Negeri 1 Bantul.
Ditemui di rumahnya di Rejokusuman, Sokowaten, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Wahyu Sih Nugroho membeberkan alasannya memberikan nama anaknya hanya satu huruf.
Pria 51 tahun ini tidak ingin anaknya memiliki nama kebarat-baratan.
"Waktu itu kelahiran N, orang-orang Jawa pakai nama-nama sinetron. Bapaknya Paiman anake jenenge londo," ucap Nugroho di teras rumahnya, Sabtu (8/7/2017).
Terkait nama N, Nugroho menjelaskan N diambil dari November yang menjadi bulan putri bungsunya itu lahir.
Baca: Punya Nama Hanya Satu Huruf, Siswi Ini Bikin Penasaran Teman dan Petugas Sekolah
Nugroho mengaku spontan memutuskan memberi nama itu, meski ada opsi nama lain yang sempat terlintas.
"Tidak ada pertimbangan apa-apa, inisitif sendiri," ucap dia.
Selain N, nama lain yang sempat terlintas untuk diberikan kepada anaknya adalah WTC. Ini berkaitan dengan kejadian WTC pada 11 November 2001 di Amerika Serikat atau empat hari sebelum anaknya lahir, namun itu urung dilakukan.
Putrinya menyandang nama N lima hari setelah terlahir. Di keluarganya, anak ketiga pasangan Wahyu Sih Nugroho dan Sukarti ini menjadi anggota keluarga yang memiliki nama paling singkat dan pendek.
Dua kakaknya memiliki nama "cukup" panjang yakni Puji Lestari (29) dan Jarot (20).
Terkait nama, Nugroho juga memiliki cerita sendiri saat akan memberikan nama anak keduanya, sebelum diberi nama Jarot, Nugroho sempat ingin memberikan nama yang unik.
Jarot yang lahir pada 27 November 1997 sempat akan diberi nama Krismon atau singkatan dari krisis moneter.
Seperti diketahui saat Jarot lahir kondisi negara tengah dalam krisis moneter. Namun itu diurungkan karena dirasa tidak pas.
Ketika memberi nama anak bungsunya hanya dengan satu huruf, menurut Nugroho hal itu langsung menjadikan tanya dari para tetangga termasuk Pak Dukuh.