Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Merasa dibohongi oleh pihak manajemen, puluhan sopir angkutan berbasis online Grab yang ada di Medan mendadak mengepung kantornya di Komplek Central Business District (CBD) Blok CC No28/29, Medan Polonia, Senin (10/7/2017) siang.
Kedatangan para sopir Grab ini ingin meminta penjelasan terkait cara dan sistem kerja yang kerap diubah-ubah oleh pihak manajemen.
"Ada beberapa keluhan yang kami rasa sangat merugikan para sopir. Pertama, menyangkut skema kerja," ungkap Koordinator Asosiasi Driver Online (ADO), Pandapotan kepada Tribun Medan, Senin (10/7/2017) siang.
Pria berkaos putih ini mengatakan, pada awal perjanjian kerja, para sopir diminta mengejar 90 trip selama satu minggu. Nantinya, apabila 90 trip ini terpenuhi, maka para sopir akan mendapatkan bonus.
Baca: Prada Yanuar Dikeroyok hingga Tewas, Pelaku Utamanya Diduga Putra Anggota DPRD Bali
"90 trip selama satu minggu itu, sehari narik kita harus bisa dapat 13 sampai 15 trip. Belakangan, sistem ini diubah-ubah secara sepihak oleh manajemen," ungkap Pandapotan.
Saat mengubah skema kerja, kata diaa, para sopir tidak pernah diajak berdialog. Bahkan yang lebih miris, skema kerja kerap diubah pada hari Senin, sehingga para sopir kelimpungan menghadapi cara kerja yang berubah-ubah itu.
"Perubahan sistem kerja bukannya diinformasikan pada Minggu pagi ataupun sore, kadang kala perubahan sistem kerja dibroadcast begitu saja pada malam hari," ungkap Pandapotan.
Karena merasa dibohongi dan dijadikan budak oleh pihak perusahaan, sejumlah sopir sempat menyampaikan keluhan pada pimpinan Grab yang ada di Jakarta.
Namun, bukannya malah mendapat solusi, pimpinan Grab di Jakarta justru buang badan pada manajemen yang ada di Medan.
Tribun dan beberapa rekan media lainnya sempat meminta izin sejumlah bodyguard untuk menemui Humas Grab Medan bernama Aditya Pranata untuk mengkonfirmasikan terkait keluhan driver Grab ini.
Sayangnya, sejumlah bodyguard beralasan Adit tidak berada di lokasi. (Ray/tribun-medan.com)