TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Para Pelaku UMKM dan bisnis kreatif di Palembang didorong melek teknologi khususnya digital banking atau keuangan digital.
Apalagi, belakangan ini ceruk pasar dan pemasaran produk UMKM dan bisnis kreatif di jejaring internet sangat menjanjikan dan sangat terbuka lebar.
Bank Mandiri menggelar diskusi publik seputar digital banking dengan tema Potensi Industri Kreatif dan UMKM dengan Memanfaatkan Digital Banking di Hotel Daira Palembang, Kamis (20/7/2017).
“Banyak sekali e-Commerce tumbuh pesat, di facebook, twitter, instagram, dan media sosial lainnya,” jelas Regional Transaction Retail Head Bank Mandiri Regional II Sumsel, Irmayani.
Ia mengatakan pertumbuhan e- Commerce saat ini sudah 50-60 persen.
Menurut dia penetrasi ponsel di kalangan konsumen terus meningkat yang memungkinkan transaksi pembayaran bisa dilakukan lewat platform dan aplikasi berbasis jaringan internet. Ia mengatakan, belum seluruh masyarakat memahami digitalisasi ini.
"Harapannya UMKM bisa lebih berkembang setelah adanya digital banking. Perlu diingat usaha dengan hanya mengandalkan uang tidak cukup, namun harus disertai semangat dan didukung dengan kemudahan-kemudahan digital banking,” ucap dia.
Sekretaris Daerah Kota Palembang, Harobin Mastofa, mengatakan Pemkot Palembang mendukung penerapan digital banking.
Dengan adanya penerapan layanan digital, diharapkan dapat mempermudah segala bentuk transaksi dalam perbankan.
“Layanan ini juga dapat meningkatkan perkembangan industri ekonomi kreatif dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Jadi, tugas kita mensosialisasikan ini agar masyarakat tidak alergi dengan yang namanya digital banking,” ungkap Harobin.
Pengamat Ekonomi Yan Sulistyo yang juga jadi pembicara dalam acara ini mengatakan pelaku UMKM enggan mengadopsi teknologi informasi dan keuangan digital disebabkan ketakutan mereka dibebani aneka biaya tambahan.
Yan mencontohkan ketika harus menggunakan transaksi nontunai maka pelaku UMKM dikenakan biaya administrasi kartu debit, kartu kredit, hingga potongan biaya transaksi.
“Ini juga karena perbankan menganggap digital banking sebagai produk, bukan layanan. Kalau TI itu berbiaya akan jadi permasalahan,” beber Yan.
Yan menilai pelaku UMKM harus diberdayakan karena kontribusinya untuk produk domestik bruto Indonesia baru mencapai 54%-57%, sedangkan di Tiongkok sudah menyumbang 70% kue ekonomi nasionalnya.
Di Palembang, Yan menambahkan, UMKM menyerap 96% jumlah tenaga kerja sehingga berperan besar mengurangi angka pengangguran.
Sementara itu, Kepala Divisi Sistem Pembayaran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumsel Seto Pranoto menjelaskan otoritas moneter terus mendorong efisiensi perbankan agar biaya yang dibebankan kepada nasabah kian menciut.
Salah satu bentuk konkretnya diawali dengan pendirian ATM Merah Putih yang menyinergikan bank-bank milik negara.
“Di ATM Merah Putih biaya transfernya lebih murah. Ini sudah mulai dibangun di Palembang dan kota-kota lain,” ucap Seto.
Bagi BI, tambah Seto, tantangan UMKM saat ini adalah tingkat inklusi keuangan. Namun, semakin mapan usahanya maka mereka akan beralih mengadopsi TI dan keuangan digital.
Untuk itu, dia meminta pemerintah memfasilitasi pelatihan di bidang pemasaran, keuangan, agar pelaku UMKM bisa bangkit.
Dalam acara itu, Owner Pempek Lince, Anton, bercerita seputar pengalamannya berjualan lewat internet dan kebutuhannya soal digital banking.
Anton menceritakan bisnis yang dia geluti dimulai pada 2010, dengan menjual pempek keluar kota Palembang.
"Perkembangan teknologi sangat membantu dengan cepat saya bisa menjual pempek dagangan saya ke mana saja dengan cara menawarkan lewat aplikasi Facebook dan Instalgram", jelas Anton.