Segala hal ditekuni tanpa mengeluh dan bergantung pada orangtuanya.
Ayahnya menjadi tunanetra sejak umur 8 tahun sedang ibunya sejak lahir sudah tidak bisa melihat.
Ayahnya sehari-hari bekerja sebagai pemijat, bila ada panggilan. Sedang ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Tidak ingin merepotkan dan hanya mengandalkan orangtua, Retno pun gigih bekerja demi menggapai cita-citanya.
Di tahun 2014, dia bertemu dengan guru SMA-nya. Ia pun ditawari ada beasiswa penuh untuk bersekolah menjadi calon bidan.
Tanpa berpikir panjang, Retno pun langsung menyetujui dan mengikuti segala tes yang disediakan yayasan Akbidyo.
Ia pun akhirnya lolos dan dinyatakan mahasiswa diploma ilmu kebidanan dengan status penerima beasiswa yayasan alias gratis biaya kuliah, bahkan Retno mendapat asrama untuk tinggal semasa kuliah.
"Saya sangat bersyukur dapat kesempatan ini, saya buktikan bahwa saya layak dengan berkuliah yang baik dan lulus tepat waktu," tuturnya.
Direktur Akbidyo Istri Bartini mengaku senang bisa memberikan beasiswa kepada yang layak seperti Retno.
Sebagai bentuk tali asih yayasan, Akbidyo setiap tahunnya memberikan satu atau dua orang mahasiswa untuk mendapat beasiswa penuh.
"Biasanya yang kita berikan memang yang berbakat, memiliki potensi, dan sangat perlu dibantu. Retno ini menjadi contoh sebagai siswa yang memiliki potensi," ujar Istri.
Setelah lulus, Istri berharap Retno bisa berkontribusi bagi masyarakat sebagai bidan.
Diceritakannya, Retno setelah lulus juga telah mendapat posisi sebagai staf laboratorium di Akbidyo, sehingga bisa tetap membantu keluarganya. (tribunjogja.com)