TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Matinya ribuan burung di Dinas PUPR Karangasem masih misterius.
Apakah karena dampak peningkatan aktifitas vulkanik dan teknonik Gunung Agung, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani belum bisa memastikan.
Pun dirinya baru mengetahui informasi tersebut.
"Kami belum tahu ya, apakah itu terkait atau tidak. Kalau gas-gas vulkanik itu masih jauh. Kejadian itu kan ada di kota, dan radiusnya jauh dari Gunung Agung," ujarnya.
Baca: Lelang Perawan Dengan Koin Bergambar Cabul, Aris Bakal Kena Pasal Berlapis
Ditanya apakah ada zat atau gas yang mengandung racun dalam magma.
Pihaknya menyatakan, gas beracun memang ada tapi masih ada di seputaran atas Gunung Agung.
"Gas beracun ada, tapi masih di atas (Gunung Agung, red)," terang Kasbani.
Kembali ditanya apakah konsentrasi belerang atau solfatara dan CO2 tinggi dan berdampak dengan kematian ribuan burung tersebut.Kasbani belum bisa memastikan.
"Mungkin penyebab yang lain, coba ditanyakan ke dinas yang terkait," ucap Kasbani.
Baca: Kata Pawang, Supriyanto Diterkam Karena Menantang si Buaya
Sebelumnya, sekawanan burung sekitar Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Karangasem, Bali, mati, Senin (25/9/2017).
Hal ini diketahui sekitar pukul 05.00 Wita.
Burung jenis pipit ini berserekan di bawah pohon berdiameter satu meter.
Yang pertama kali melihat kejadian tersebut yakni Amin Basri (54), tukang kebun di Dinas PUPR Karangasem.
"Nggak tahu penyebabnya. Mungkin karena hujan atau kena asap gunung. Tumben seperti ini. Sebelumnya nggak pernah. Pohon ini jadi tempat tidur burung," kata Amin Basri saat ditemui Tribun Bali di lokasi. (Putu Candra)