Komunitas ini mendidik katalisator muda dari desa.
Keinginannya membuat perubahan di desa bertambah kuat setelah mendapat dukungan sejumlah pemuda yang berpikiran sama.
Anif dkk terus berjualan jagung keliling untuk menunjang kegiatan mereka.
Laba hasil jualan itu dipakai untuk menambah koleksi buku dan perlengkapan taman bacaan Alquran.
Berkat kegiatan ini, Anif kemudian meraih juara I Pemuda Pelopor Tingkat Jateng tahun 2017.
Nama dia selanjutnya diusulkan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Jateng guna mengikuti lomba yang sama di tingkat nasional.
Anif harus bersaing dengan 18 nomine lain se-Indonesia.
"Bukan penghargaan yang menjadi misi kami. KRLH dibentuk atas dasar keprihatinan terhadap problematika remaja, antara lain maraknya kasus narkoba, akses media porno, kasus aborsi, tawuran, dan geng motor," jelas Anif.
Dia ternyata tak asal atau serampangan dalam bertindak.
Anif mengaku mengadopsi metode Unesco dalam kegiatannya, yakni learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Sejak terbentuk pada 19 Agustus 2010, KRLH telah meluluskan tiga generasi.
Sekarang ada 68 remaja yang tengah dididik komunitasnya.
"Setelah keluar dari KRLH, saya harap mereka bisa menjadi bibit unggul di masyarakat dan menjauhi perbuatan negatif," papar Anif.
Setelah lulus S1, warga Kemangkon ini tengah menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana Ketahanan Nasional UGM dengan konsentrasi Pengembangan Manajemen Kepemimpinan atas beasiswa dari Kemenpora.