TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Peringatan Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober mendapat respon dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Secara khusus, Sultan menyampaikan harapannya agar Status Yogyakarta sebagai kota batik tetap dipertahankan.
Baca: Ngeri, Rentetan Tembakan di Konser Musik di Las Vegas Itu di Lakukan dari Lantai 32 Mandalay Bay
Seperti diketahui, sejak 2014 DIY mendapat status Kota Batik Dunia oleh World Craft Council (WCC).
Status ini bersifat sementara karena berdurasi empat tahun.
Akan dilakukan peninjauan ulang secara berkala untuk menentukan apakah status tersebut dicabut atau tidak.
Sadar status Kota Batik ini bisa saja dicabut, Sultan ingin agar hari batik ini jangan hanya dijadikan momentum untuk memperingati saja.
Baca: Elite di Jakarta Itu, Minta Maaf Deh, Sudah Parah
"Jadi lebih dari hanya sekedar memperingati, tapi harus lebih banyak beraktivitas dengan batik, dengan membuat batik atau minimal memakai batik," kata Sultan, Senin (2/10/2017).
Upaya Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY yang mewajibkan pembuatan prakarya di sekolah dari tingkat SD, SMP sampai SMA menurut Sultan bisa jadi contoh aktivitas konkret berkaitan dengan batik.
Dengan kebijakan ini, maka batik akan bisa tetap lestari lewat tingkat pelajar.
Juga di tingkat desa, dengan upaya menggalakkan batik lewat Paguyuban pecinta batik 'Sekarjagat' yang menyisir pengrajin batik.
"Contohnya kampung batik di Giriloyo, itu bagus untuk melestarikan batik, supaya batik tidak punah dan Yogyakarta tetap diakui sebagai kota batik dunia. (TRIBUNJOGJA.COM)