TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN -- Meski Pelindo terus melakukan pembenahan dalam hal pelayanan terhadap penumpang, namun hal tersebut belum memuaskan penumpang kelas ekonomi yang menggunakan jasa angkutan kapal tersebut.
Para penumpang banyak mengeluhkan maraknya calo tiket kapal dan tidak sama ratanya harga tiket antar‑agen.
Para penumpang kelas ekonomi mengeluhkan harga tiket kapal yang melambung tinggi dari harga resmi. Para agen dan calo tiket seperti berlomba‑lomba menaikkan harga tiket. Bila harga resmi kelas ekonomi berkisar antara Rp 131.000 hingga Rp 267.500 per orang, maka di agen tiket bisa mencapai Rp 235.000 hinga Rp 300.000‑an per orang.
Baca: Curhat Menyayat Kekasih Denis Kancil yang Tak Kuat Menahan Rindu
Salah satu penumpang kapal yang berasal dari Berau, Arliyani, mengeluhkan harga tiket yang tidak pernah sama dengan harga resmi. Untuk keberangkatan dengan tujuan Balikpapan ‑Pantoloan 1 (Palu) dirinya harus merogoh koceknya untuk membeli tiket sebesar Rp 920 ribu untuk tiket 3 dewasa dan 1 anak dan 1 bayi.
Padahal jika memesan tiket secara online, seharga Rp 202.500 per orang dewasa, tiket anak Rp 157.500 per anak dan tiket bayi Rp 25.000 per bayi, maka jumlah yang harus dibayarkan yakni sejumlah Rp 790.000 (3 x Rp 202.500 + Rp 157.500 + Rp 25.000 = Rp 790.000).
Arliyani menuturkan, suaminya bertugas mengurus pembelian tiket karena dirinya tengah sakit. Namun setelah diperiksa, ternyata jumlah nominal pembelian tiket yang harus dibayarnya mencapai Rp 920 ribu.
Ia pun sempat terkejut dan meminta klarifikasi terkait harga tiket tersebut. Namun dari pihak loket berdalih bahwa harga tiket tersebut sudah termasuk biaya lain‑lain di dalam kapal.
"Kenapa mahal betul sedangkan 1 orang anakku bayi, saat ditanyakan katanya sudah sama biaya lain lain, katanya tarfinya untuk orang dewasa Rp 225 ribu kalau anak Rp 150 ribu, dan bayi Rp 100 ribu," katanya.
Anehnya lagi, pada tiket yang diterimanya tarif kapal tidak terlihat jelas karena tertutup cap dari Pelni. Ia pun sempat berfikir bahwa hal ini seperti disengaja agar tariff tidak bisa diketahui. Transparansi tarif tiket pun tidak tertera di loket.
"Kalau di Pantoloan kalau kita beli tiket di loket‑loket begitu ada tertera di atas mejanya anak sekian‑sekian di loket‑loket kalau disana normal‑normal saja, tapi kenapa mahal betul di sini, maka kita sekeluarga dari Berau," katanya.
Harga tak Dicantumkan
Keberadaan agen tiket ternyata dimanfaatkan oknum tertentu untuk menjual tiket lebih mahal kepada penumpang yang membutuhkannya melalui calo. Sehingga banyak calon penumpang harus membayar lebih mahal daripada tarif yang ditetapkan Pelni.
Saat Tribun mencoba membeli tiket di dalam pelabuhan Semayang, tiba ‑tiba ada seseorang yang mendekat dan menawarkan diri untuk membelikan tiket serta menggatarkan Tribun ke loket 5.