Laporan Wartawan Tribun Medan, Dedy Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, SIANTAR - Heboh, kasus penculikan, penganiayaan dan disertai niat pembunuhan terhadap Nadya siswi kelas XII SMA Swasta Teladan mengundang empati masyarakat.
Terlebih korban sempat dibuang dengan kondisi tangan terikat ke belakang dengan jilbab, masih berseragam sekolahnya di kebun jeruk, dekat kandang ayam, lorong 20, Tanjungpinggir, Kecamatan Siantar Martoba.
Empati dukungan doa dan moral untuk kesembuhan fisik dan mental Nadya mengalir di laman Facebook akun Iwelya Gusnawathii Ssi Saraswathii kakak kandung Nadya. Iwelya adalah anak pertama dari empat bersaudara dengan Nadya, anak kedua.
Umi dan Dwi, teman sekelas yang menjadi orang terakhir melihat Nadya bersama DS.
Nadya ditemukan dalam kondisi luka-luka penganiayaan. Ia diperkirakan dianiaya oleh lelaki yang mengantarnya.
Terakhir kali, mereka kehilangan jejak Nadya yang dibonceng DS, mengendarai sepeda motor Vario merah BK 6311 WAB milik korban, Rabu (18/2017) sore, sekitar pukul 18.00 WIB di Jalan Rakutta Sembiring.
Umi diwawancarai tribun-medan.com selepas bel pulang sekolah, menceritakan, sebelum hilang kontak dengan Nadya, saat itu mereka baru pulang les dari sekolah. Umi dan Dwi diajak Nadya menemani untuk berjanji bertemu dengan DS di Alfamart Jalan Cokro.
"Kami itu diajak Nadya menemani mau ketemu sama DS, dia gak mau sendiri, makanya kami ikut. Terus ketemuan di Alfamart sekitar pukul 17.30 WIB," kata Umi, Jumat (20/10/2017).
Setelah bertemu, masih kata Umi, bahwa Nadya meminta agar dia berboncengan dengan Umi. Sedangkan Dwi agar dibonceng DS. Namun, saat itu DS meminta balik agar dirinya membonceng Nadya.
"Udah gak aku sama Nadya, aja," kata Umi, menirukan permintaan DS.
Pertemuan DS dan Nadya sebelumnya tidak pernah diketahui rekan-rekan sekolah. Namun, Nadya tiba-tiba diajak DS bertemu untuk mengambil paket yang disebut DS dari Nosri yang tinggal di Bandung. Nosri pernah menjadi tetangga Nadya dan masih berkomunikasi baik.