Laporan wartawan Tribun Jabar, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Rencana pembangunan Light Rail Transit (LRT) atau kereta ringan di Bandung Raya menemui jalan buntu akibat tidak adanya biaya, baik dari APBN, APBD, maupun investor.
Sebagai penggantinya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akhirnya membuka peluang terhadap investasi dari Rusia, yakni Skyway yang merupakan teknologi transportasi dari Negeri Beruang Merah tersebut
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan tidak tanggung-tanggung, Skyway yang ditawarkan investor Rusia kepadanya beberapa hari lalu ini memiliki biaya lebih murah, yakni hanya seperenam dari biaya pembangunan LRT yang sebelumnya direncanakan dibangun di Bandung Raya.
Langka! Menu di Restoran ini Harganya Hanya Rp 3 Ribu,Seorang Pembeli Sampai Menangis saat Membayar https://t.co/roAtm62DZW via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 25, 2017
Skyway sendiri merupakan kereta dengan sistem rel gantung. Alat transportasi massal ini telah beroperasi di Australia Selatan.
Selain lebih murah daripada LRT yang menghabiskan banyak biaya pembebasan lahan, Skyway pun disebut sebagai teknologi transportasi ramah lingkungan dan tidak memerlukan banyak lahan.
"Keunggulan dari Skyway lebih murah. Kemarin dihitung hanya seperenam biaya LRT. Mengingat LRT atau Skyway tidak mungkin dibiayai APBD atau APBN, jadi harus dari investor. Sedangkan kalau investor harganya harus efisien, sehingga konsumen mampu menjangkau," kata Deddy Mizwar di Bandung, Selasa (24/10).
Deddy Mizwar mengatakan tadinya berharap LRT dibiayai oleh APBN. Namun nyatanya, pemerintah pusat tidak dapat membiayainya dan akhirnya rencana tersebut menemui jalan buntu.
Bos Besar Freeport Kembali Temui Menteri ESDM https://t.co/mWk7rvsBPA via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 24, 2017
Sedangkan LRT yang dibangun di kawasan Jakarta dan sekitarnya menggunakan anggaran dari APBN.
"LRT di Jabar kita ubah jadi Skyway. Karena kalau LRT enggak ada investor yang mau. Jakarta saja enggak ada yang mau investasi. Makanya Jakarta dan sekitaranya pakai APBN dan APBD. Dulu kita harap LRT Bandung Raya dibiayai APBN, karena APBD enggak sanggup. Tapi ternyata APBN enggak ada anggarannya. Maka kita beralih ke investor Rusia ini, yang realistis dan murah," katanya.(*)