TRIBUNNEWS.COM, TABALONG - Wangi bunga langsung tercium begitu mamasuki ruang induk Masjid Pusaka di Desa Banualawas, Kecamatan Banualawas, Kabupaten.
Ini tak lain karena banyaknya untaian bunga atau disebut kambang berenteng bergantungan di tiang-tiang masjid, terutama 4 tiang guru yang terbuat dari ulin.
Kambang barenteng itu berasal dari peziarah yang datang ke masjid. Hampir setiap hari masjid tertua di Tabalong ini tak pernah sepi dari orang yang ziarah.
Bangunan Masjid Pusaka ini sangat khas dengan nuansa Banjar, selain menggunakan bubungan tinggi juga dikelilingi jendela dari kayu berbahan ulin.
Baca: Jokowi: Saya Tidak Pernah Mengeluarkan Izin untuk Reklamasi
Di ruang induk ada 4 tiang guru dan 17 tiang pendukung yang semua terbuat dari kayu ulin.
Di tengah 4 tiang guru terdapat anak tangga yang mengeliling satu tonggak untuk menuju ke bagian atas masjid yang dulunya difungsikan sebagai tempat bilal mengumandangkan azan.
Menurut Jupel Masjid Pusaka, Misran yang ditemui, Selasa (31/10/2017) sore, masjid dengan ciri khas Banjar, bubungan tinggi ini ada sejak tahun 1625.
"Ini masjid paling tua di Tabalong dan merupakan salah satu bukti penyebaran Islam yang dilakukan Khatib Dayan, lokasinya dari awal tidak pernah berpindah," katanya.
Diceritakannya, sebelum menjadi masjid bangunan tersebut awalnya merupakan rumah panggung kepala adat suku Dayak Kaharingan.
Karena kemudian masuk Islam, lalu rumah panggung itu diserahkan dengan orang Islam untuk dijadikan masjid.
Baca: Merayakan Galungan di Pengungsian
"Rumah panggungnya waktu awal itu ukurannya 15x15, tahun 1625 karena dijadikan masjid luasnya diubah menjadi 15x16," katanya.
Semenjak tahun 1625 hingga sekarang, masjid yang bangunannya dominan berbahan kayu ulin itu sudah mengalami lima kali renovasi.
Simak video di atas. (Banjarmasin Post/Dony Usman)