TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Polisi, pemuda 22 tahun asal Dusun Pangarengan, Desa Kalipang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, mendadak menjadi perbincangan.
Namanya memang tak lazim karena identik dengan nama profesi yang bertugas melindungi dan mengayomi masyraakat.
Karena namanya yang tak lazim itu, Polisi menjadi perbincangan saat surat tilang atas namanya beredar di media sosial.
Baca: Pemotor Tewas Dipukul Polisi saat Operasi Zebra, Mahasiswa Marah
Ya, pada 6 November 2017 silam, Polisi memang terjaring operasi Zebra Semeru yang digelar oleh Satlantas Polres Pasuruan.
Saat itu dia kena tilang lantaran tak bisa menunjukkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Alhasil, Polisi pun ditilang polisi.
Baca: Wow! Warung Anak-anak Putus Sekolah Ini Bayar Seikhlasnya Nyaris Bangkrut, Hal Luar Biasa Terjadi
Nah, tanpa disadarinya, ternyata surat tilang beserta Kartu Tanda Penduduk (KTP) miliknya ini difoto oleh seorang polisi yang ikut dalam operasi. Tak lama, foto itu menjadi viral di medsos dan group-group WhatsApp.
Setelah namanya jadi perbincangan, Surya mengunjungi rumah Polisi ini di Grati, Kamis (14/11/2017) sore.
Saat tiba pertama di rumahnya, Surya disambut apik oleh ibu Polisi, Illyyin.
Perempuan 42 tahun ini mempersilahkan Surya duduk. Setelah berbincang sesaat, Illyyin mulai membuka cerita panjang tentang sejarah nama polisi yang diberikan ke anak pertamanya , buah dari kisah cintanya bersama Almarhum (Alm) Yasin, ayah Polisi.
Illyyin mengaku tidak terbesit sedikit pun untuk memberikan nama pada anak pertamanya itu polisi.
Kata dia, nama polisi ini sebenarnya hanya guyonan semata.
Ceritanya, saat Polisi dikandung empat bulan, mendiang suaminya sempat bercanda dengan beberapa temannya. Candaan itu dilakukan almarhum di pelataran rumahnya.
“Saat itu, suami saya bercanda ke teman-temannya. Kalau anak saya laki-laki, saya pasti akan kasih nama polisi, biar kalian semua ditembak sama anak saya,” kata Illyyin menirukan kalimat yang diucapkan suaminya kala itu.
Selanjutnya, selang beberapa bulan, ia mengaku sudah waktunya untuk melahirkan. Saat terlahir di dunia, ternyata anaknya laki-laki.
Ia bersama suaminya sepakat untuk tidak memberikan nama polisi pada anak itu. Bahkan, suaminya langsung mencarikan nama buah cinta pertamanya.
Akhirnya, mereka memberi nama bayi mungil itu Muhammad Muchlas.
“Nama yang bagus dengan makna yang bagus juga. Kami sudah sangat senang kala itu,” kenang Illyin.
Dikatakannya, tak lama berselang, paska nama itu sudah dipatenkan, si bayi ini justru sakit – sakitan. Ia mengira, semula ini hanya sakit biasa.
Namun, lama-kelamaan , si bayi ini sakitnya tak karuan. Hampir setiap hari ke dokter dan tukang pijat. Puluhan juta dikeluarkan Illyyin dan suaminya untuk kesehatan anaknya.
“Kami sempat ganti nama sebanyak empat kali. Pertama Muhammad Muchlas, kedua Muhammad Musofak, Iksan, dan Muchlisin. Tetapa saja, dia tetap sakit-sakitan,” ungkapnya.
Sakitnya, kata Illyyin, ini tidak tetap. Menurutnya, terkadang sakit panas, muntaber, dan masih banyak lagi.
Pokoknya, selama satu tahun di usianya pertama, polisi ini harus bolak – balik masuk rumah sakit dan tukang pijat. Akhirnya, suatu ketika, ia bertemu dengan tukang pijat.
“Saat itu, tukang pijatnya datang ke saya dan menanyakan apa saya dan suami pernah memiliki nadzar untuk memberi nama bayi itu. Saya mulai berfikir dari situ,” katanya sambil meneteskan air matanya.
Sepulang dari tukang pijat itu, ia mengamini pertanyaan itu. Dalam hatinya, sang suami pernah nadzar memberikan nama polisi terhadap bayi itu.
Dari situlah, ia berniat mengganti nama anaknya dan memenuhi nadzar sang suami yang disampaikan pada teman-temannya di saat bayi masih dalam kandungannya.
“Saya tasyakuran dan mengganti anak kami dengan polisi, sesuai dengan janji bapaknya,” terangnya.
Dikatakannya, semuanya berubah seperti sebuah mukijizat. Tiba-tiba anaknya tidak perlu datang ke dokter dan tukang pijat.
Si bayi mendadak sehat wal afiat, dan tidak pernah sakit-sakitan seperti sebelumnya.
“Dari situ, saya sangat bersyukur sekali. Saya menyadari nama anak saya tidak sebagus teman-temannya. Tapi, bagi saya apalah arti sebuah nama, jika anak saya sakit-sakitan. Tidak masalah namanya polisi, yang penting dia sehat sampat sekarang,” papar dia.
Ia mengaku banyak dihujani hujatan dan cemooh dari para tetanggannya. Kata dia, saat itu, tetangga dan temannya ataupun teman suaminya, selalu mengejek anaknya yang diberi nama polisi.
Namun, ia mengaku berusaha untuk tidak memikirkannya. Prinsip dia, anaknya sehat dan tidak sakit-sakitan itu sudah lebih dari cukup.
“Memang berat, tapi mau bagaimana lagi. Saya berusaha tutup rapat telinga ini. Saya dihina hanya bisa diam saja, memang anak saya namanya polisi, tidak sebagus nama anak pada umumnya,” tambahnya.
Illyyin pun tampak semakin sedih mengingat kisah anaknya ini.
Menurut dia, Polisi ini merupakan sosok pendiam dan sangat penurut sekali sebagai seorang anak. Ia mengakui bahwa polisi ini anak yang berbakti.
Polisi ini tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Sebelumnya, sempat diberitakan bahwa polisi ini seorang mahasiswa.
“Dia tidak lulus SD, karena saya tidak mampu menyekolahkannya. Saya tidak mampu membiayainya, karena memang saya tidak bekerja."
"Dia anak yatim, sudah ditinggal mati bapaknya sejak usianya tujuh tahun. Tapi, sampai sekarang dia tidak pernah protes kenapa tidak disekolahkan sampai lulus SMA,” ceritanya.
Menurut dia, saat ini, polisi menjadi tulang punggung keluarga. Ia bekerja serabutan, atau yang pasti bekerja sebagai tukang bangunan.
Usianya sekarang sudah 22 tahun. Ia mengaku sangat bersyukur memiliki anak seperti polisi. Bagi dia, polisi ini sangat pemalu sekali.
“Dia tidak pernah bermain keluar seperti anak muda lainnya. Saat libur kerja, ia memilih di rumah, bersama saya dan adiknya. Kalau tidak, kadang dia pergi mengaji bersama temannya di pondok,” imbuhnya.
Lebih Suka Susu Sapi Ketimbang ASI
Somad (58), kakek polisi, mengatakan bahwa polisi ini memang tergolong bayi yang unik sejak lahir.
Selain sakit-sakitan, polisi ini dikenal sebagai bayi ajaib. Sebab, sejak lahir, yang bersangkutan ini tidak bisa minum Air Susu Ibu (ASI).
Kata dia, si bayi tidak suka dengan ASI. Bahkan, beberapa kali saat diberi Asi, dia muntah.
“Sukanya minum susu sapi asli. Di sini, memang terkenal dengan penghasil susu sapi. Polisi sangat suka dengan susu sapi,” tambahnya.
Dikatakannya, Polisi masih konsumsi susu sapi sampai usia enam tahun. Selama enam tahun, ia tidak pernah menyentuh susu ASI sama sekali.
Bahkan, terkadang, susu sapi itu langsung diminum Polisi tanpa diproses atau dimasak terlebih dahulu.
“Umur enam tahun itu, dia sudah ke kandang sapi, dan minta susunya langsung diminum. Sampai sekarang dia masih suka sama susu,” tandas dia.
Terpisah, Polisi mengaku sudah biasa dipanggil polisi. Bagi dia, nama Polisi itu sudah melekat dengannya. Berat, kata dia. Banyak orang yang melecehkannya, dan menertawakannya dengan nama Polisi.
“Awalnya minder, dan sempat marah dengan orang tua karena diberi nama ini. Tapi, begitu saya tahu alasannya, dan ceritanya, saya berusaha menerimannya dengan tabah. Saya ikhlas, dan sangat bersyukur sudah diberi nama unik seperti ini,” papar dia.
Polisi ini memang orang pemalu. Dia tidak banyak bicara dan lebih banyak diam.
Namun, saat ditanya perihal surat tilang yang diterimanya, ia mengaku sempat diragukan oleh polisi dari Satlantas Polres Pasuruan.
“Sempat tidak percaya mereka. Kan ditanya, namanya siapa, saya jawab namanya polisi. Saya kasihkan KTP saya, dan mereka mulai percaya. Terus saya diajak cerita panjang lebar,” kisahnya.