Laporan Wartawan Tribun Bali Eka Mita Suputra
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Gunung Agung telah mengalami fase erupsi freatik, Selasa (21/11/2017).
Fase tersebut umumnya merupakan letusan awal, sebelum gunung api mengalami erupsi magmatik (letusan utama).
Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) I Gede Suantika menjelaskan, gunung Agung termasuk tipe gunung api yang tertutup.
Kemungkinan masih butuh waktu berbulan-bulan lamanya, untuk gunung Agung mengalami erupsi magmatik.
"Gunung Agung sudah mengalami erupsi freatik. Jika ke erupsi magmatik tergantung juga dengan kekuatan pipa magmanya. Gunung Agung itu type gunung api yang tertutup, kemungkinan masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengalami erupsi magmatik. Tapi semoga saja aktivitas vulkaniknya segera normal, sehingga tidak sampai mengalami erupsi tersebut," Jelas Gede Suantika ketika dikonfirmasi di Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Rabu (22/11/2017).
Ia menjelaskan, erupsi freatik yang dialami Gunung Agung, Selasa (21/11/2017) tidaklah terlalu besar.
Baca: Gunung Agung Meletus, Ini Antisipasi AirNav Atur Trafik Penerbangan
Erupsi freatik tersebut juga tidak diikuti dengan awan panas.
Namun partikel debu vulkanik yang disebabkan oleh erupsi tersebut cukup menganggu kesehatan jika terhirup, dan juga dapat mematikan tumbuhan hortikultura seperti sayur-sayuran yang ditanam petani.
Masyarakat pun diharapkan segera menggunakan masker jika wilayahnya terpapar abu vulkanik dari letusan freatik tersebut.
"Abu vulkanik letusan kemarin terbang ke arah tenggara dan timur, laporan masyarakat debu tipis menutupi sejumlah wilayah di Kecamatan Abang, Karangasem. Meskipun letusan freatiknya cenderung kecil, tapi berbahaya jika ada warga yang berada di atas gunung. Bisa pingsan karena kekurangan oksigen," kata Gede Suantika.