Panggilan Ahmad ke Mugi sudah tak lagi terjawab. Wujud orang tua itu tak terlihat di antara puing rumah yang hanyut.
Tubuh Mugi yang renta hilang entah kemana.
"Padahal sebelum kejadian itu dia masih sempat mengimami salat jamaah di masjid," katanya.
Rabu pagi (29/11), banjir telah surut, aliran saluran kembali normal.
Rumah Mugi telah dibersihkan dari material longsor dan puing rumah. Namun tubuh Mugi tak ditemukan di lokasi kejadian.
Pukul 10 30 Wib, jasad Mugi ditemukan tersangkut bangkai pohon kelapa yang terbawa arus sungai Serayu bawah jembatan gantung Selokromo Leksono Wonosobo, atau 10 kilometer dari tempat kejadian.
Ahmad mengatakan, jebolnya tanggul di sisi rumah Mugi diawali air saluran yang meluap saat hujan lebat semalam.
Badan jembatan saluran di sisi rumah Mugi dibangun terlalu rendah sehingga menghambat laju air.
Air yang tak berhasil lolos karena menghantam jembatan akhirnya memutar balik, dan menggerus talut hingga longsor dan membanjiri rumah Mugi.
"Jembatan itu terlalu rendah sehingga air tak bisa lolos kalau sedang meluap. Kami berharap jembatan itu dihancurkan dan dibangun lagi yang lebih tinggi, sehingga tidam kejadian lagi,"katanya.