TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Seperti tak ada habisnya menceritakan bagaimana korban bencana banjir dan tanah longsor di Bantul coba bertahan dan menyelamatkan diri.
Pada akhirnya mereka selamat tapi kerugian harus ditanggung karena banyak harta benda yang hanyut terbawa arus banjir yang melanda Selasa (28/11/2017) lalu.
Satu di antaranya Ngajiono yang selamat dari bencana banjir.
Laki-laki berusia 50 an tahun ini bisa mencari tempat yang aman.
Ia mengajak istrinya, Suprihatin, lalu anak pertama Lusmainawati dan menantu Kris Aulia Carita.
Sementara anak keduanya, Desti Susilowati tidak di rumah saat air tinggi.
"Saya selalu bersyukur karena semua anggota keluarga saya selamat, tapi sempat cemas karena anak kedua saya tidak ada di rumah, ternyata ia tidak bisa pulang karena akses ke desa kami terputus, tapi akhirnya kami lega karena dia bisa pulang dengan selamat," kata Ngajiono.
Ngajiono tinggal di Dusun Pengkol, Sriharjo, Imogiri, Bantul.
Dusun ini terdampak banjir cukup besar karena dilewati aliran Kali Opak yang kemarin meluap.
Di dusun ini pula sebuah batu berdiameter sekitar lima meter longsor lalu menutup satu-satunya jalan kampung.
Saat banjir, Ngajiono berada di rumah. Selasa (28/11/2017) siang pria yang sehari-hari menjadi pengepul pisang dari wilayah Bantul ini sempat bergurau dengan rekannya bahwa air tidak akan sampai masuk rumah.Ia kaget karena hanya beberapa menit setelahnya air benar-benar masuk rumahnya.
Kala itu Ngajiono berpikir cepat.
Ia mengungsikan tiga ekor sapi titipan.
Lalu mengambil simpanan gabah di dapur rumah.
Tak lupa, kasur dan beberapa pakaian ia letakkan di atas lemari.
Sementara anggota keluarga ia ajak pergi ke tempat yang lebih aman sembari ia membawa surat penting.
Sayangnya, ketinggian air seperti di luar prediksi Ngajiono.
Ia tak mengira ketinggian air sampai hampir atap teras rumah.
"Baju basah, isi lemari termasuk buku milik anak saya semuanya basah, perabot dapur juga hanyut sekarang entah dimana, tembok belakang rumah juga jebol," katanya.
Yang tak kalah menyesakkan, ternyata ada sejumlah uang yang sengaja diletakkan di bawah kasur oleh sang istri.
"Saya malah tidak tahu kalau ada uang di bawah kasur, niat saya yang penting menaruh kasur di atas lemari supaya tidak basah kena air banjir kemarin," kata Ngajiono.
Istri Ngajiono, Suprihatin mengatakan ia sengaja menaruh uang di bawah kasur.
Jumlahnya sekitar Rp 6 juta.
Uang tersebut adalah hasil menyisihkan jatah belanja yang ia terima dari Ngajiono dari laba berjualan pisang.
"Pokoknya sisa Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu tiap hari selalu saya sisihkan," kata Suprihatin.
Sedianya, uang tersebut menjadi dana simpanan yang sengaja disiapkan Suprihatin sebagai tambahan biaya untuk kelahiran cucu pertamanya.
Anak Suprihatin yang pertama bernama Lusmainawati ternyata sedang hamil tua.
Sudah enam bulan Suprihatin mengumpulkan uang tersebut.
Suprihatin pasrah, ketika uang untuk berjaga-jaga proses persalinan cucu pertamanya raib karena banjir.
Ia dan Ngajiono kini sedang mengupayakan agar mendapat ganti uang Rp 6 juta yang hilang tersebut.
Meski tak sampai Rp 6 juta karena tinggal akhir Januari nanti perkiraan kelahiran.
"Tidak apa-apa yang penting kami berusaha dulu, kalau tidak cukup ya pinjam sana-sini, mau gimana lagi, saya selalu berharap ada bantuan pemerintah pasca banjir kemarin apapun bentuk dan berapapun nilainya, karena kami kehilangan banyak harta benda kemarin," kata Ngajiono. (*)