Perlahan kepercayaan diri mulai kembali tumbuh.
Ia tersadar bahwa mengidap penyakit HIV AIDS tak perlu panik.
Karena secara kasat mata tak ada yang tahu bahwa dirinya terkena penyakit itu.
"Coba lihat saya tidak ada yang berbeda kan sama orang lain?
Kalau saya tidak mengaku mungkin tak ada yang tau saya pengidap HIV AIDS," katanya.
Sepuluh tahun berlalu, ia nampak kuat dan lebih percaya diri.
Bahkan ia saat ini menjadi relawan memberikan pemahaman kepada pekerja seks komersial dan pelaku lainnya yang ada di Sumsel.
Setiap beberapa pekan sekali ia membagikan alat kontrasepsi kepada PSK, supaya penyebaran penyakit itu tak meluas.
"Di Palembang relatif banyak titik Hotspot (esek esek). Kami lah yang mendatangi lokasi itu memberikan pemahaman kepada orang orang itu," katanya.
Selain sibuk dengan aktivitas tersebut, ia juga membuka warung kecil kecilan serta menyibukkan diri dengan berolahraga dan beribadah.
"Hidup saya lebih berarti meski nasi sudah menjadi bubur. Tapi buburnya masih bisa dikelola menjadi bubur ayam dan lainnya. Artinya saya masih bisa bermanfaat meski mengidap penyakit HIV AIDS," katanya.