News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mantan Jugun Ianfu Termuda Meninggal Dunia

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sri Sunarti mantan Jungu Ianfu

Laporan wartawan Tribun Jateng, Ponco Wiyono

TRIBUNNEWS.COM, SALATIGA - ‎Satu-satunya bekas Jugun Ianfu di Kota Salatiga meninggal dunia, Kamis (21/12/2017).

Dia adalah Elizabeth Sri Sunarti (84), perempuan asal Purwodadi yang di sisa akhir hidupnya tinggal di Kelurahan Gendongan Kecamatan Tingkir.

Menurut Staf Presiden Kedeputian V, Munajat, Sri merupakan satu-satunya bekas Jugun Ianfu atau perempuan yang dipaksa bekerja untuk melayani tentara Jepang saat Perang Dunia II yang pernah hidup di Salatiga.

Sri menikah dengan Sidik Tonys (74), namun tidak dikaruniai anak.

"Mbah Sri pernah tercatat sebagai Jugun Ianfu termuda di Zaman Jepang. Waktu dibawa Jepang pada periode 1942-1945, baru berusia sembilan tahun. Meski ia dibawa keluar Purwodadi, hubungan dengan keluarganya masih terus berlangsung, buktinya para keponakan beliau hadir di pemakaman," kata Munajat usai pemakaman.

Munajat sendiri mendapatkan informasi keberadaan eks Jugun Ianfu di Salatiga dari rekan-rekan aktivis yang turut memperjuangkan hak-hak perempuan yang dipaksa bekerja melayani tentara Jepang di masa lalu.

Baca: Tanah Longsor Hancurkan Asrama di Salatiga, Satu Mahasiswi Tewas, Dua Luka Berat

Sebelum Mbah Sri meninggal, Munajat beberapa kali menyambangi almarhumah di rumahnya.

Namun ia kesulitan mendapatkan informasi lebih perihal sejarah yang dialami Mbah Sri karena faktor usia.

Menjelang akhir hayatnya, Mbah Sri tinggal di dalam rumah sederhana berdinding kayu.‎

Ia dan suami yang pernah menggeluti berbagai macam pekerjaan hidup seadanya di bawah pengawasan kerabat dekat.

Di pemakaman umum Gendongan pada Kamis pagi tadi, Prodiakon Ciphandono menjadi pemimpin prosesi ‎pemakaman.

Baca: Dua Pria Ini Dibekuk Polisi di Pasar Jetis Salatiga Setelah Evi Teriak Minta Tolong

Ketua lingkungan Katolik Santa Florentina Gendongan, Petrus Slamet Triono (47) mengatakan almarhumah merupakan warga katolik yang taat.

"Saat ada pemandian jenazah, Mbah Sri selalu datang awal, beliau juga rajin beribadah. Untuk masa lalu beliau, kami tidak begitu paham karena beliau terbilang sangat sepuh," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini