TRIBUNNEWS.COM, BARABAI - Ada banyak hal yang mungkin tak diketahui publik akan sosok BUpati HST, yang kini menjadi tersangka atas kasus dugaan gratifikasi proyek pembangunan rumah sakit Damanhuri Barabai.
Ya, H Abdul Latif adalah sosok yang sangat menyayangi dan menghormati ibunya. Sebelum dibawa KPK Kamis lalu, Latif bahkan punya pesan khusus kepada dua ajudannya, Adi Yuspa da Tommy, dari Polres HST.
"Bapak berpesan dan minta agar kami menjagakan ibundanya, istrinya, dan anak-anaknya,"kata Adi Yuspa kepada BPost Online.
Latif baru sekitar satu minggu menikahi seorang perempuan muda, yang juga warga Barabai bernama Rizkatunnukbah.
Pernikahan berlangsung di pendopo kabupaten, dengan mengundang pihak kantor urusan agama (KUA), untuk meresmikan pernikahan tersebut.
Baca: Bupati Abul Latif Terjaring OTT, ASN di Hulu Sungai Tengah Terlambat Menikmati Gaji Pertama 2018
Informasi pernikahan itu pun, sudah diketahui publik, setelah beredar foto ijab kabulnya di media sosial.
Namun, belum satu baru satu minggu, Ketua Partai Berkarya itu harus meninggalkan istri, ibu dan anak-anaknya, yang tinggal di rumah dinas.
Sebagai orang yang selama ini dekat dengan Bupati, Yuspa berharap, atasannya itu diberi kesehatan dan ketabahan menghadapi kasus yang membelitnya.
"Sesuai amanah beliau, tiap hari saya nengok ibu, istri dan anak-anaknya, untuk memastikan mereka baik-baik saja,"pungkasnya.
Sebagai orang yang sehari-hari mendampingi bupati, baik saat dinas hingga di luar dinas, Yuspa mengaku cukup mengenal karakter Latif.
"Orangnya keras dan tegas. Tapi hati beliau juga lembut, mudah tersentuh. Terutama dengan anak yatim dan warga miskin serta lansia. Bapak punya beberapa anak asuh, dalam arti menyekolahkan anak-anak yang orangtuanya tak mampu tanpa sepengetahuan orang lain,"jelas Yuspa.
Baca: KPK Geledah Ruang Kerja Bupati Hulu Sungai Tengah
Yuspa juga memuji sifat Latif, yang tetap rendah hati. Misalnya mau makan di warung-warung pinggiran, tanpa canggung.
"Makanya, mulai makan di warung pinggiran, sampai makan di restoran mewah, kami sebagai Ajudan sudah merasakan,"kata Yuspa lagi.
Kadang, kata dia lagi, mereka berdua, risih dan canggung, karena jika makan Latif tak mau mereka pisah meja, atau tetap harus duduk satu meja. Padahal, secara protokuler hal itu tak berlaku.
"Tapi bapak tak pernah mensakralkan jabatannya. Itu yang sering membuat kami tak enak hati dengan tamu lainnya, jika sedang mendampingi tugas dinas ke Jakarta. Kami tetap duduk sejajar dengan bupati".
Kebiasaan Latif lainnya, kata Yusfa adalah, begadang dan pekerja keras. "Saat belum menikah, beliau sering pulang larut malam dari Kantor. Sering mengajak diskusi para kepala SKPD SKPD jam kerja. Tapi setelah menikah, kebiasaan itu mulai berkurang. (hanani)