News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Meski Preman, Bokser Selalu Peduli Kebersihan, Siapa Sangka Kini Dia jadi Juragan Sampah

Editor: Ravianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jajang Rahmat alias Bokser (47) seorang mantan preman yang kini sukses membantu pemerintah Kabupaten Bandung dalam menangani permasalahan sampah di RT 2/15 Kampung Babakan Kinim, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (4/2/2018).

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Siapa yang tak mengenal Jajang Rahmat alias Bokser (47) pria yang dulu kerap membuat onar di jalanan dan terminal Cileunyi karena rebutan jalur atau bahkan karena masalah sepele.

Minuman dan obat-obatan seolah sudah menjadi teman dekat dalam kesehariannya dan teman-temannya.

Memiliki garis muka yang sangat keras dan memiliki tato ular naga di bagian lengan kanannya serta tato lainnya di beberapa bagian tubuhnya.

Nama Bokser sudah menjadi ikon di Cileunyi sebagai preman, karena kerap membuat masalah dan berurusan dengan kepolisian setempat.

Sudah tidak terhitung berapa kali dirinya berurusan dengan Polsek Cileunyi, saking banyaknya masalah yang dibuatnya.

Baca: Ada Wartawan Diancam Saat Akad Vicky Prasetyo-Angel Lelga Berlangsung

Namun siapa sangka di balik semua itu, Bokser memiliki kepedulian yang sangat tinggi, terutama kepeduliannya pada sampah.

Kini dengan sangat apik dan telaten Bokser berhasil mengelola sampah di wilayahnya.

"Saya mah asli dari jalanan, saya asli preman. Hidup selalu berlawanan dengan hukum. Sudah enggak kehitung berapa kali saya berurusan dengan polisi," ujarnya di rumahnya di RT 2/15 Kampung Babakan Kinim, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (4/2).

Anak Rachel Vennya Jadi Korban Bullying, Tak Disangka Ternyata Begini Nasib Terbaru si Pelaku https://t.co/hFBeZFFf2u via @tribunjabar

— Tribun Jabar (@tribunjabar) February 9, 2018

Bokser menuturkan dirinya mulai mengelola sampah sekitar rumahnya tersebut pada 2007 lalu atau sekitar 10 tahun lalu.

Awalnya, di sekitar bengkel kusen miliknya terdapat banyak sampah yang dibuang sembarangan baik oleh warga setempat maupun warga yang sengaja lewat, sehingga mirip seperti tempat pembuangan sampah (TPS).

"Ditambah saya hidup di jalanan (menjadi preman) banyak masalah, bisnis di bidang kayu (kusen) juga tumbang enggak ada modal. Ke sana kemari akhirnya saya putuskan untuk menjadi pengelola sampah bersama istri saya," katanya.

Sampah-sampah yang dibuang di setiap sudut jembatan tol, hingga menumpuk dan menimbulkan bau yang mengganggu penciuman warga.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini