Laporan Wartawan Tribun Medan Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDANĀ - Selain kerap menderita pusing-pusing setelah dipukuli gurunya, Jurdil Mendrova mengeluhkan pendengarannya terganggu.
Pandangan siswa kelas III SMA Negeri I Amandraya, Nias Selatan, Sumatera Utara ini juga terganggu.
"Dia sering kejang-kejang kalau sakit kepalanya kumat. Semenjak dipukuli itu, pandangannya kabur dan pendengarannya terganggu," kata tante korban, Nurmiati Hulu (45) di kediamannya Jalan Madio Utomo, Rabu (28/2/2018).
Jika sakit kepalanya kumat, Jurdil sering marah karena tak kuasa menahan sakitnya.
Remaja berusia 17 tahun itu kerap memegangi kepalanya.
"Menurut kemanakan saya ini, sakitnya tidak bisa ditahan. Sejak dianiaya itulah kondisinya seperti ini," kata Nurmiati yang membuka usaha jahit itu.
Jurdil yang merupakan warga Desa Sifaoro'asi, Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias Selatan ini mengatakan, guru yang menganiaya dirinya sempat membuat cerita bohong.
Selepas dia dipukuli, Jurdil dibawa ke puskesmas.
"Guru yang menganiaya saya ini punya teman di puskesmas. Ketika saya mau dibawa, dia nelfon temannya yang di puskesmas. Orang di puskesmas disuruh ngakui jika saya terjatuh main bola," kata anak keenam dari emam bersaudara ini.
Ia berharap, kasus ini bisa segera diproses kepolisian.
Dirinya trauma karena dipukuli berkali-kali di bagian kepala karena masalah sepele.
"Guru yang menganiaya saya ini masih kerabat kepala sekolah. Makanya sekolah pun sempat enggak perduli," katanya.(ray/tribun-medan.com)