News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kakek Ini Produksi Kue Kembang Waru Selama 35 Tahun Demi Lestarikan Peninggalan Kerajaan Mataram

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Basiran Basis Hargito, pembuat jajanan Kembang Waru serta Pelestari Budaya di Bumen, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Siti Umaiyah

TRIBUNNEWS.COM - Rambutnya yang sudah memutih, dengan guratan diwajahnya yang terlihat jelas.

Namun, Basiran Basis Hargito masih sangat lincah melayani pembeli yang berdatangan ke rumahnya di Bumen, Purbayan, Kotagede, Yogyakarta.

Basis, biasa dia dipanggil merupakan pembuat jajanan Kembang Waru serta Pelestari Budaya yang masih bersemangat meski usianya menginjak angka 73 tahun.

Dengan ramah dan guyonan khasnya, Basis menceritakan awal mula dia dan istri, Sogidah, bisa mengeluti jajanan peninggalan Kerajaan Mataram ini.

Sambil menerka-nerka, Basis mencoba membuka ingatannya di masa lalu.

Tahun 1965 merupakan tahun yang sangat terpuruk baginya.

Perekonomian keluarganya mengalamin surut akibat krisis serta kegaduhan politik di negeri ini.

Basis masih ingat benar, dimana dia dan istrinya harus berjuang keras akibat mata pencahariannya yang awalnya mengandalkan koperasi, menjadi hilang akibat pembubaran koperasi dimana-mana.

“Dulu saya dan istri bergantung kepada koperasi, namun akibat krisis 65, banyak orang yang terpaksa menjadi buruh gendong, kerja serabutan. Saya juga harus beralih ke usaha lain,” ungkapnya saat ditemui Tribun Jogja, Kamis (1/3/2018).

Pedomannya yang sangat dipegang kuat, yakni bekerja keraslah dengan keyakinan kamu akan hidup 100 tahun lagi, dan ibadahlah karena kamu ingat akan mati besok, membuatnya yakin bahwa hidup harus terus dijalani.

Basis kemudian beralih profesi menjadi pembuat ceret, sedangkan istrinya mencoba merambah ke dunia konveksi.

Tidak berhenti disana, istrinya juga mengalami kerugian, karena modal tidak sesuai dengan pemasukan.

Kemudian Basis dan Istri yakin, bahwa dia harus merambah dunia pelestarian jajanan kuno.

Tahun 1983 merupakan awal mula Basis memproduksi Kembang Waru bersama istrinya.

Resep turun temurun dari nenek moyang serta kecintaannya kepada budaya menjadi modal awalnya menekuni usaha ini.

“Saya cinta budaya, selain usaha Kembang Waru saya juga ikut Ramayana Ballet di Purawisata. Saya juga menjadi ketua dibeberapa paguyuban tari maupun macapat,” terang Basis.

Baginya, usaha bukan hanya untuk mendapatkan uang.

Namun keyakinannya bahwa budaya merupakan benteng suatu bangsa turut membuatnya sukses membesarkan kedua anaknya.

Basis memiliki dua orang anak yang juga ikut berjuang melestarikan warisan nenek moyang.

Anaknya yang pertama bernama Eko Pamilu, yang saat ini juga bergelut di bidang pembuatan kue Kembang Waru dan bergabung di Ramayana Ballet di Purawisata bersamanya.

Sedangkan anaknya yang kedua, Anter Asmoro Tejo merupakan koreografer tari tradisional yang sudah berkeliling 23 negara.

“Anak saya yang kedua sempat dikontrak 16 bulan di Rusia untuk mengajari pelajar Indonesia menari tarian tradisional,” ungkapnya.

Kesuksesan dalam usaha Kembang Waru serta memiliki dua anak yang sukses dalam bidangnya, tidak membuat Basis besar kepala.

Dia masih tetap sederhana menjalani kehidupan sehari-harinya.

“Dari jam 5 pagi kita sudah mulai produksi. Ada beberapa hal yang saya pegang dalam usaha ini. Kualitas, harga yang murah, pelayanan yang berkeyakinan bahwa pembeli adalah raja, serta tepat waktu menjadi pegangan saya selama 35 tahun ini,” ungkapnya.

Saat ini, sudah banyak turis asing serta lokal yang berbondong menuju kediaman Basis.

Produksi kuenya pun sudah mencapai 500 kue dalam sehari.

Belum lagi jika dia mendapatkan pesanan, bisa sampai 3 ribu kue. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini