TRIBUNNEWS.COM - Misteri kasus pembunuhan Metha Novita Handayani (38), ibu kos, mulai terkuak.
Anggota Polsek Banyumanik pada Sabtu (3/3/2018) menangkap dua terduga kasus pembunuhan itu.
Kasus ini bermula dari temuan jasad wanita dengan luka tusukan di perut.
Lokasi kejadian, di rumah korban, Jalan Bukit Delima B9 17, Ngaliyan, Semarang.
Dari penangkapan terduga pembunuhan itu, polisi mendapat sejumlah temuan.
Baca: Persib Dosa Besar pada 4 Pemain Ini Jika Datangkan Jorge Pereyra Diaz
Berikut sejumlah temuan polisi, seperti dilansir TribunJateng.
1. Orang dekat
Terduga pelaku tak lain orang yang kenal dengan korban.
Mereka adalah mantan pembantu rumah tangga (PRT) dari korban.
Polisi mendapat informasi itu dari tetangga yang sempat melihat terduga saat kejadian.
Juga ada petunjuk pelat nomor yang dipakai oleh pelaku.
2. Penangkapan
Selang satu hari, anggota polisi menciduk terduga pelaku.
Polisi mengamankan dua orang, perempuan dan pria.
Tidak ada perlawanan saat mereka diamankan polisi.
3. Bertingkah tak lazim
Sikap L, satu di antara terduga, membuat heran petugas.
"Mereka tak ada upaya perlawanan saat ditangkap, cuma yang cewek ini agak aneh tingkahnya," ujar Kanit Reskrim Polsek Banyumanik AKP Andi pada Tribunjateng.com.
Pasalnya tingkah L sedikit tak lazim, yaitu kadang tersenyum tanpa sebab waktu jawab pertanyaan.
"Kesannya seperti orang 'kurang genep' waktu itu," tutur AKP Andi terheran-heran.
Meskipun L dan R tetap menjawab semua pertanyaan yang diajukan petugas dengan jelas, namun perilaku yang ditunjukkan L membuat para petugas Polsek Banyumanik heran.
4. L dimata ibu korban
Kustantoniyah (67) ibunda korba mengenal terduga L.
L adalah mantan PRT yang bekerja selama tiga bulan.
Kus, menjelaskan L termasuk PRT yang kurang sigap dalam hal pekerjaan.
Selain itu, L juga kerap berduaan dengan pacar di depan rumah.
"Kalau pacaran di depan sini, kadang di pos ronda situ, dan pakaiannya celana yang minim itu, nah tetangga pada ngomongin, Metha juga kan yang nggak enak," jelas pensiunan dosen PGSD Unnes tersebut.
5. Diberhentikan secara halus
Dari alasan itulah kemudian Metha memutuskan untuk tidak lagi memakai jasa L.
Sepengetahuan Kus, anaknya memutuskan untuk memecat L juga dengan cara yang halus.
"Alasannya Metha mau ke Jakarta dua minggu sehingga jasa L tidak dibutuhkan lagi. Nanti kalau butuh L dipanggil lagi, gitu mecatnya," bebernya.
Kini ia berharap proses penyidikan segera tuntas dan pelaku segera diadili.
Kus hanya berharap hukuman yang setimpal dengan kematian anaknya.
(Tribunjateng/Akhtur Gumilang/Rival Almanaf)