Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dhian Adi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Hujan deras yang mengguyur desa Bringinsari pada Rabu (7/3), Kecamatan Sukorejo Kendal mengakibatkan tebing pekarangan belakang sebuah rumah di desa Bringinsari longsor
Longsoran tanah itu menimpa bangunan SDN 2 Bringinsari yang lokasinya tepat berada di belakang tebing itu. Akibat dua kelas Sekolah dasar itu mengalami rusak parah.
Kerusakan parah itu berdampak pada kegiatan belajar mengajar SD tersebut. Pada Kamis (8/3), para siswa pulang lebih awal karena kelas yang digunakan rusak akibat longsor serta tanah masih menimbun dinding kelas itu.
Yogi Hendro (10) Seorang siswa kelas 5 SD Negeri 2 Bringinsari mengatakan dinding ruang kelasnya yang dekat dengan tebing hancur lebur karena tertimpa tanah longsor.
"Kata pak guru pulang lebih awal karena ada kerja bakti bersihin kelas," terangnya kepada Tribun Jateng.
Nampak para warga, relawan dan bhabinkantimnas bergotong royong memindahkan tanah longsoran yang menimpa kelas itu.
Secara bergantian mereka memikul tanah yang masih basah itu dibawa ke tempat pembuangan.
Kepala SD Negeri 2 Bringinsari, Sudarto mengatakan bencana alam itu terjadi pada Rabu (7/3) pukul 12.15 siang.
Saat itu kondisi cuaca di dataran tinggi Kendal itu tengah hujan yang sangat lebat.
"Yang mengalami kerusakan parah kelas 4 dan 5, namun saat itu kelas sedang kosong karena saya minta para siswa pulang duluan karena cuaca menunjukkan akan hujan deras, yang ada pada saat kejadian adalah siswa kelas 6," terangnya.
Saat tanah longsor terjadi, para siswa kelas 6 tidak ada yang tahu kalau tanah sudah bergerak dan akan menimpa sekolahnya.
Mereka pun tidak mendengar sama sekali suara gemuruh dari longsor karena suara air yang jatuh menimpa genteng sekolahnya jauh lebih keras dibandingkan suara gemuruh tanah longsor.
"Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca dari ruang sebelah, para siswa langsung berlari keluar sekolah meski di luar sedang hujan deras. Mereka takut tanah longsor menimpa kelasnya," ujarnya.
Akibat kejadian itu kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu. Namun ia memastikan kegiatan belajar mengajar akan tetap dilakukan dengan cara siswanya akan belajar secara bergantian dalam penggunaan kelas.
"Untuk kelas 1,2 dan 3 belajar dari pukul 07 hingga 10 dan kelas 4,5 dan 6 belajar dari pukul 10 hingga pukul 1 siang," terangnya
Ia tak mempunyai banyak pilihan. Ia terpaksa mengambil keputusan para siswanya belajar secara bergantian walaupun ia merasa kasian dengan siswa kelas 6 yang harus belajar di siang hari ditambah lagi pelajaran tambahan.
"Bisa dipastikan pulang lebih dari pukul satu siang," tuturnya.
Darto menambahkan ia berencana untuk mempercepat proses pembangunan dinding ruang kelas yang rusak itu agar para siswanya dapat belajar secara normal lagi.
"Ujian Nasional besok bulan Mei. Saya berharap sebelum UN kelas sudah selesai sehingga tidak menggangu ketenangan siswa saat UN," pungkasnya. (*)