Titik perjalanan pun dimulai dari Jerman, lalu melewati berbagai negara. Mulai dari Serbia, Georgia, negara-negara bekas jajahan Uni Soviet, Tiongkok, hingga tiba di Yogyakarta.
Perjalanan ini menghabiskan waktu selama 11 bulan.
"Total ada 22 negara yang kita kunjungi," ujar Antonia.
Perjalanan yang begitu lama tentunya meninggalkan banyak cerita. Antonia dan Daniel pun mengisahkan tentang orang-orang yang mereka temui selama perjalanan.
Selama perjalanan, mereka beristirahat menggunakan kantong tidur dan di dalam tenda lipat. Terkadang mereka juga ditawari oleh warga setempat untuk menginap di rumahnya.
Salah satu kisah menarik yang diceritakan Antonia adalah sebuah keluarga kecil dari Iran. Menurutnya, keluarga ini begitu baik padanya dan Daniel.
"Mereka datang memberikan makanan lalu menawari tempat untuk menginap di rumahnya. Waktu saya begitu terharu," kisah Antonia.
Kisah lainnya saat mereka menjelajah Kyrgystan. Kondisi geografis berupa pegunungan membuat penduduk lokal terisolasi. Ketinggiannya bisa mencapai ribuan meter. Sumber makanan pun terbatas.
"Suhu di sana mencapai minus 11 derajat. Air minum kami pun membeku jadi es," kenang Daniel.
Daniel pun menceritakan bahwa makanan untuk penduduk lokal sangat terbatas. Pasalnya, tumbuhan sulit tumbuh di kawasan tersebut.
Perjalanan ini membuat pola pikir dan hidup Antonia berubah total. Sebelumnya, ia menjalani hidup layaknya orang perkotaan. Meskipun ia sendiri juga berasal dari pedesaan di Jerman.
"Ya kita tahu bahwa orang-orang Eropa pada umumnya sangat individual. Tapi perjalanan ini membuat saya jadi lebih peduli dengan sekitar," ujar Antonia.
Daniel pun menyampaikan hal senada. Menurutnya, perjalanan ini membawa banyak perjalanan hidup. Salah satunya adalah menjalani hidup dengan gaya minimalis.
"Hidup itu sebaiknya dipenuhi sesuai kebutuhan. Intinya secukupnya saja," pesan Daniel.