News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Terkesan dengan Yogya, Pasangan Bule Ini Rela Bersepeda Tempuh Perjalanan Jerman-Yogya 11 Bulan

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Daniel dan Antonia sambil memeragakan perjalanan mereka dengan sepeda.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Alexander Ermando

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Antonia Merz (32) dan Daniel Graf (32) belum lama ini tiba di Yogyakarta.

Keduanya datang jauh dari Jerman untuk bertemu dengan sahabat karibnya.

Hebatnya, mereka datang ke Yogyakarta hanya dengan menggunakan sepeda.

Antonia sendiri sebelumnya pernah berkuliah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 10 tahun yang lalu.

Kehidupan di Kota Pelajar ini meninggalkan kesan mendalam untuknya, walau hanya sesaat.

"Saya tinggal di Yogyakarta selama satu setengah tahun," papar Antonia dalam bahasa Inggris.

Selama kuliah di Yogyakarta, ia pun berkenalan dengan Nana dan Matthias.

Nantinya kedua orang ini menjadi pendiri dan pemilik dari restoran Nanamia Pizzeria di Mrican, Sleman.

Atas kerinduannya yang mendalam terhadap Yogyakarta, Antonia pun memutuskan untuk kembali. Ia pun mengajak temannya Daniel.

Namun, tanpa diduga perjalanan mereka ke Yogyakarta menghasilkan sebuah gagasan yang terbilang berani dan nekat.

"Kita memutuskan untuk menggunakan sepeda, menempuh jarak 15,188 km. Dari Jerman hingga ke Yogyakarta," jelas Daniel.

Sepeda yang digunakan pun berjenis tandem, yang bisa digunakan oleh dua orang. Keberangkatan mereka pun ditemani berbagai barang logistik dan kebutuhan mereka selama perjalanan.

"Sepeda ini bisa mengangkut beban seberat 13 kilogram," ungkap Antonia sambil menunjukkan sepeda yang digunakan.

Titik perjalanan pun dimulai dari Jerman, lalu melewati berbagai negara. Mulai dari Serbia, Georgia, negara-negara bekas jajahan Uni Soviet, Tiongkok, hingga tiba di Yogyakarta.

Perjalanan ini menghabiskan waktu selama 11 bulan.

"Total ada 22 negara yang kita kunjungi," ujar Antonia.

Perjalanan yang begitu lama tentunya meninggalkan banyak cerita. Antonia dan Daniel pun mengisahkan tentang orang-orang yang mereka temui selama perjalanan.

Selama perjalanan, mereka beristirahat menggunakan kantong tidur dan di dalam tenda lipat. Terkadang mereka juga ditawari oleh warga setempat untuk menginap di rumahnya.

Salah satu kisah menarik yang diceritakan Antonia adalah sebuah keluarga kecil dari Iran. Menurutnya, keluarga ini begitu baik padanya dan Daniel.

"Mereka datang memberikan makanan lalu menawari tempat untuk menginap di rumahnya. Waktu saya begitu terharu," kisah Antonia.

Kisah lainnya saat mereka menjelajah Kyrgystan. Kondisi geografis berupa pegunungan membuat penduduk lokal terisolasi. Ketinggiannya bisa mencapai ribuan meter. Sumber makanan pun terbatas.

"Suhu di sana mencapai minus 11 derajat. Air minum kami pun membeku jadi es," kenang Daniel.

Daniel pun menceritakan bahwa makanan untuk penduduk lokal sangat terbatas. Pasalnya, tumbuhan sulit tumbuh di kawasan tersebut.

Perjalanan ini membuat pola pikir dan hidup Antonia berubah total. Sebelumnya, ia menjalani hidup layaknya orang perkotaan. Meskipun ia sendiri juga berasal dari pedesaan di Jerman.

"Ya kita tahu bahwa orang-orang Eropa pada umumnya sangat individual. Tapi perjalanan ini membuat saya jadi lebih peduli dengan sekitar," ujar Antonia.

Daniel pun menyampaikan hal senada. Menurutnya, perjalanan ini membawa banyak perjalanan hidup. Salah satunya adalah menjalani hidup dengan gaya minimalis.

"Hidup itu sebaiknya dipenuhi sesuai kebutuhan. Intinya secukupnya saja," pesan Daniel.

Antonia juga menambahkan, perjalanan ini memberi dia pelajaran untuk tidak takut terhadap apa pun dan berani untuk mencoba. Ini ia dapatkan saat memasuki wilayah Serbia.

"Serbia adalah negara yang situasinya sedang rawan. Tentara berjaga-jaga di mana-mana. Namun saat kami bertemu dengan penduduk lokal, mereka justru sangat baik. Pikiran saya tentang Serbia langsung lenyap," ujar Antonia.

Pilihan keduanya menggunakan sepeda bukan tanpa alasan. Mereka bisa saja menggunakan pesawat, yang lebih cepat dan efisien. Namun Daniel dan Antonia punya misi khusus.

"Kami ingin terlibat dalam gerakan pencegahan perubahan iklim. Salah satunya dengan menggunakan sepeda yang lebih ramah lingkungan," ujar Daniel yang lebih memilih menjelajah alam ketimbang wisata belanja.

Misi ke Yogyakarta sudah tercapai menggunakan sepeda dari Jerman. Apakah Antonia dan Daniel akan melanjutkan kembali perjalanan mereka?

"Ya rencananya kami akan melakukan perjalanan yang sama dari Jerman melintasi Rusia, Korea, hingga Vietnam," tutup Antonia sambil tersenyum. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini