Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul memperkirakan bahwa pernikahan dini menjadi satu diantara penyebab lahirnya balita mengidap stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Kartini mengatakan, setiap tahun ada sekitar 6.200 balita di Gunungkidul mengalami stunting.
Bahkan menurutnya, pernikahan dini menyumbang 30 persen dari penyebab balita stunting.
"Angka balita yang mengidap stunting di Gunungkidul berkisar 6.200 balita. Satu di antara faktor penyebab balita stunting adalah pernikahan dini," ujarnya saat dihubungi Tribunjogja.com, Rabu (14/3/2018).
Ia menuturkan bahwa daerah terbanyak yang mengalami kelahiran balita stunting adalah Kecamatan Rongkop, Gedangsari, Semanu, dan kecamatan lainnya.
"Balita yang terlahir akibat pernikahan dini kerap lahir dengan tidak sempurna dan terganggu dalam perkembangannya, dapat diidentifikasi ketika balita lahir kurang dari 48 sentimeter," terangnya.
Selanjutnya Kartini menjelaskan bahwa stunting dapat diderita balita semenjak di dalam kandungan penyebabnya adalah ibu hamil yang kekurangan sel darah merah atau anemia.
Kemudian, lanjutnya, ada pula ibu hamil yang kekurangan makanan tambahan.
Untuk mengatasi stunting, pihaknya sudah berupaya meningkatkan kesehatan ibu hamil, mulai dari Puskesmas, Posyandu, hingga PKK.
"Kami sudah melakukan penyuluhan agar balita stunting diberi ASI eksklusif diusia 0-6 bulan. Selanjutnya balita diberi pendamping makanan tambahan. Ibu hamil juga memerlukan perhatian agar kebutuhan gizinya juga terpenuhi," jelasnya.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan bahwa stunting menjadi perhatian pemerintah Indonesia.
Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya Indonesia menjadi satu diantara negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi.(*)