TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - PDTS Kebun Binatang Surabaya berhasil menetaskan 11 telur dari 28 butir telur komodo sejak 27 Februari hingga 13 Maret 2018.
"Yang belum menetas masih kita lakukan inkubasi," tutur Adelina Purawouw, Dokter Hewan PDTS Kebun Binatang Surabaya (KBS) , Sabtu (17/3/2018).
Adelina menyebutkan ada banyak faktor yang mempengaruhi daya menetas telur, di antaranya ialah ruangan yang tidak mirip dengan habitat aslinya.
"Kalau melalui proses alamiah tingkat penetasnya tidak begitu tinggi ketimbang incubator," terangnya.
Dalam proses inkubasi telur komodo yang memerlukan waktu sekitar 7 bulanan itu, KBS terus melakukan pengecekan.
Baca: Ketua Umum Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Tewasnya Wakil Ketua PPP Jombang
"Kita lihat perkembangan embrionya cepat atau lambat," tutur wanita lulusan Kedokteran Hewan Unair itu.
Telur-telur yang diketahui perkembangan embrionya lambat akan dipisahkan dengan yang cepat.
Hal ini dilakukan karena akan mempengaruhi daya tetasnya jika disatukan.
11 komodo yang berhasil menetas tersebut akan diperhatikan secara ekstra dari segi makanan maupun kandang oleh petugas perawat bagian resersi KBS.
Baca: Cukup 5 Menit dan Uang Nasabah pun Terkuras
"Kebersihan dan kelembaban di ruang perawaratan harus diperhatikan," ujar Adelina.
Rukin yang bertugas menjadi perawat bayi komodo tersebut menjelaskan, setiap sebulan sekali bayi komodo diberikan kalsium untuk kesehatan tulangnya.
"Tentunya kita terus berkoordinasi dengan dokter, kita akan berupaya agar bayi komodo tidak terserang penyakit," tuturnya.