TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR – Kemeriahan hari pengerupukan berubah menjadi kepanikan bagi warga Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Sebanyak 104 warga setempat dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Gianyar. Mereka mengalami diare, muntah-muntah dan sakit kepala secara massal.
Belum ada keterangan pasti mengenai penyebab peristiwa yang dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) ini.
Namun diduga para korban keracunan usai acara makan-makan setelah mengarak ogoh-ogoh.
Korban sebagian besar pemuda dan anak-anak, serta prajuru setempat, kelian dinas dan kelian adat Banjar Mudita.
Mereka dirawat intensif di RSUD Sanjiwani Gianyar dan RS Ari Santhi Ubud. Para korban dibawa ke RS tepat saat Hari Nyepi.
Lantaran terlalu banyaknya korban keracunan, evakuasi ini juga melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar.
Baca: Sebelum Ditemukan Tewas Tanpa Busana, Wakil Ketua PPP Jombang Pamit Temui Seseorang di Desa Blimbing
Prajuru Banjar Mudita, Dewa Kawi, yang selamat dari keracunan, mengatakan bahwa para korban hingga kemarin masih dalam penanganan intensif di RSUD Sanjiwani dan RSUD Ari Santi, Ubud.
Kondisi semua korban saat ini sudah mulai membaik.
Keracunan tersebut diketahui pada Sabtu (17/3/2018) sekitar pukul 05.00 Wita atau satu jam sebelum Nyepi berlangsung.
"Saat itu, ada laporan dari seorang dokter dari RSUD Sanjiwani. Kemudian, tak berselang lama saya dapat telepon dari warga, yang mengatakan suaminya mengalami diare dan muntah-muntah. Sekitar pukul 08.00 Wita, seorang warga datang ke rumah untuk memeriksa kondisi keluarga saya," ujar Dewa Kawi, Minggu (18/3/2018) siang.
Lantaran menilai hal tersebut aneh, Dewa Kawi pun meninggalkan ritual Catur Baratha Penyepian, lalu mendatangi Bale Banjar Mudita untuk menanyakan pada prajuru lainnya yang saat itu mendapat tugas menjaga suasana Nyepi.
Baca: Dalam Kondisi Sekarat Noval Sempat Minta Air Minum Sebelum Meninggal Disambar Petir