Laporan wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Mengalami kenaikan dari Desember 2017 ke Januari 2018, ekspor non-migas Kalimantan Utara kembali turun memasuki akhir Februari kemarin.
Ekspor non-migas provinsi bungsu ini turun 15,30 persen atau US$ 80,88 juta pada bulan Januari menjadi US$ 68,51 juta.
Kepala Disperindagkop Kalimantan Utara Hartono menjelaskan, penurunan ekspor itu disebabkan menurunnya hasil tambang, industri, dan pertanian.
"Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) kata Hartono mengatakan, ekspor kayu kita turun dari US$ 7,95 juta menjadi US$ 4,17 juta," kata Hartono dikonfirmasi Jumat, (13/4/2018).
Justru golongan biji atau buah yang mengandung minyak atau kelapa sawit nilao ekspornya meningkat menjadi 265,86 persen. Hartono mengatakan, kebanyakan perusahaan perkebunan cendrung sudah memulai panen.
Hartono menguraikan, presentase penurunan terbesar ekspor non migas Februari 2018 jika dibandingkan dengan Januari 2018 terjadi ke Filipina sebesar 85,88 persen atau dari US$ 9,51 juta menjadi menjadi US$ 1,38 juta.
Baca: Gagal Tahun Lalu, Dishub Siapkan Lagi Rp 15 M Adakan Lahan Pelabuhan Pesawan
"Keadaan ini tidak kita harapkan berlangsung dalam waktu lama. Mudah-mudahan Maret dan April ini ada perbaikan. Ini kan data Februari yang baru dirilis," sebutnya.
Sisi impor, Kalimantan Utara mampu mengurangi nilai impornya sebesar 9,43 persen.
Februari ini nilai impor Kalimantan Utara mencapai US$ 5,07 juta.
Penurunan nilai impor tersebut disebabkan nilai impor hasil tambang dan industri masing-masing-masing 71,34 persen dan 5,40 persen.
Secara komulati f, Kalimantan Utara tetap menunjukkan catatan perdagangan yang positif karena berhasil surplus sebesar US$ 63,44 juta. (Wil)