TRIBUNNEWS.COM - Setelah berhasil ditangkap, Harimau Sumatera Bonita terus mendapatkan perhatian serius dari tim medis.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan, Bonita ternyata mengidap penyakit tumor.
Penyakit tersebut ditemukan di bawah kulit perut Bonita.
Tim dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo itu melakukan pemantauan kondisi Bonita di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Sumatera Barat.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, tumor lemak ditemukan di bawah kulit perut Bonita sebelah kanan dengan ukuran 4 sentimeter.
"Penyakit itu (tumor) ditemukan setelah dilakukan tindakan medis. Saya ke sana melihat langsung kondisi Bonita," kata Suharyono, Selasa (24/4/2018).
Penyakit tersebut, kata dia, telah diangkat dari tubuh Bonita oleh drh Andita Septiandini, tim medis Yayasan Arsari.
Selanjutnya, Bonita diberikan infus dan vitamin agar sehat kembali.
Suharyono mengatakan, harimau Bonita kini sedang menjalani proses observasi yang akan berlangsung sekitar dua bulan.
"Tim medis akan melakukan observasi sekaligus meneliti tentang perubahan tingkah laku Bonita," ujar Suharyono.
Sebelumnya, harimau Bonita dapat ditangkap pada Jumat (23/4/2018) di Blok 66-67 Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir (Inhil), Riau.
Penangkapan dilakukan petugas gabungan dari BBKSDA Riau, polisi, TNI, WWF, dan PT THIP.
Bonita dievakuasi setelah dua kali tembakan bius sehingga pingsan.
Selanjutnya, Bonita dibawa ke Tembilahan dengan menempuh jalur air dan langsung menuju PRHSD untuk diobservasi.
Sebelumnya, Bonita menerkam Jumiati pada 3 Januari 2018.
Lebih kurang satu bulan setelah itu, Bonita kembali menerkam Yusri Effendi pada 10 Maret 2018.
Setelah tewasnya dua warga tersebut, petugas gabungan melakukan pencarian. Setidaknya hampir empat bulan Bonita baru ditangkap. (*)