Fahruji menuturkan, karena terlalu asyik dengan joran dan mata pancing, semua pemancing tidak melihat tongkang sudah mendekati lokasi mereka memancing.
"Tongkang pertama itu melaju tapi hanya menyerempet anjungan. Setelah itu tongkang berbelok ke arah selatan mendekati pantai. Tapi tiba-tiba dari arah utara (laut), tongkang besar seperti terdorong angin kencang menabrak anjungan," ucapnya.
Baca: PN Tangerang Putuskan Bong Parnoto dan PT Rajawali Parama Konstruksi Tak Bersalah
Terlempar ke Laut
Setelah tongkang menabrak anjungan, semua pemancing terlempar ke laut.
Meski kakinya terjepit beton anjungan yang hancur, Fahruji bisa menyelamatkan diri dengan berenang ke permukaan dan menepi ke pantai.
Namun, tidak dengan kakaknya. Ia melihat kakaknya terseret di bagian bawah tongkang.
"Sebelum terseret, saya sempat mendengar kakak teriak minta tolong. Dia juga tidak bisa berenang," tuturnya.
Tak berselang lama, tubuh kakaknya itu terseret gelombang ke pantai.
Saat itu, Fahruji berujar, ia dan beberapa korban selamat lain sempat mengecek keadaan kakaknya.
"Saya sudah berusaha untuk menolong dengan memberikan bantuan pernapasan. Tapi sepertinya memang sudah menjadi kehendak-Nya (tewas)," imbuhnya.
Pihak keluarga sudah ikhlas atas kepergian Johan. Fahruji merasa kehilangan sosok kakak yang kerap kali mengajaknya memancing.
Mereka berdua sering pergi memancing ke beberapa tempat.
Baca: Lansia di Jepang Ditipu Seseorang yang Mengaku Anak Sulungnya Sebesar 112 Juta Yen
Selain Fahruji, lima pemancing lain yang selamat dari insiden itu adalah adalah Bagus Untung (25), Dwi Wijaya (27), Junaedi (35), Aji Winarto (36), dan Hengki Kurnadi.