TRIBUNNEWS.COM, AMBON - Geliat hangat tahun politik sudah mulai dirasakan masyarakat. Pada dua tahun kedepan ini bangsa Indonesia akan menggelar pesta demokrasi untuk memilih para pemimpin bangsa.
Anggia Ermarini, Ketua Umum Fatayat NU mengingatkan kembali peran perempuan dalam tahun politik. Pasalnya, sampai saat ini para pemegang kebijakan di ranah politik masih didominasi oleh kaum lelaki.
"Perempuan memiliki potensi diplomasi yang besar andai mau digali, kemampuan berkomunikasinya juga bisa diandalkan," tutur Anggia di sela-sela Pembukaan Konbes Fatayat NU di Ambon.
Di tahun politik ini perempuan harus aktif berpartisipasi agar sektor-sektor penting dalam upaya pemberdayaan anak dan perempuan dapat diakomodir dengan baik. Perempuan memiliki sensitivitas lebih tinggi dalam hal tersebut karena hal itu sekaligus cerminan kehidupannya.
"Perempuan-perempuan di pedesaan masih banyak yang memiliki akses pelayanan publik yang minim, semisal akses kesehatan, ekonomi dan pendidikan. Ini smagat menyedihkan karena berakibat pada masih tingginya angka ketertinggalan perempuan di sektor publik" jelasnya
Perhatian khusus Fatayat NU terhadap masalah ini kemudian mendorong Fatayat NU untuk melakukan sesuatu lebih banyak lagi. Membuka wawasan perempuan soal politik dan menjadikan politik sebagai media ibadah. Fatayat NU juga mendorong kader-kader terbaiknya untuk mau berjuang melalui jalur politik juga.
Menurut Anggia, kalau politik dipandang dengan positif maka dia bisa menjadi alat untuk membuat kebijakan dan perubahan yang lebih baik begitupun sebaliknya.
"Kalau semakin banyak perempuan memiliki peran strategis di ranah politik maka bisa dipastikan permasalahan ketertinggalan perempuan juga bisa diminimalisir," tutupnya.