Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dhian Adi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Saodah dan Tunik, korban penggusuran proyek tol Semarang-Batang yang menginap di parkiran Gedung DPRD Kabupaten Kendal menangis histeris.
Mereka diminta untuk meninggalkan gedung DPRD, Senin (7/5/2018).
Ia dan para warga lainnya yang telah bertahan di gedung DPRD selama 11 hari bingung kemana mereka akan tinggal.
Sedangkan tuntutan mereka belum terpenuhi.
Disamping itu rumah untuk berteduh pun dan kebun milik mereka sudah rata dengan tanah.
Baca: Alasan Polda Jabar Hentikan Kasus Dugaan Penghinaan Pancasila oleh Rizieq Shihab
"Kene wes ora nduwe omah pak, omahe diobrak-abrik, (kami sudah tidak punya rumah pak, rumah kami sudah hancur)," ujar Saodah lantang sembari air mata menetes dari sudut matanya
Air matanya tak terbendung mengalir membasahi mukanya.
Berulangkali dia menyeka air matanya menggunakan kerudung yang ia pakai.
Tunik dan Saodah pun bersikeras ingin bertahan untuk tinggal di Gedung DPRD Kendal.
Pasalnya tak ada tempat untuk dia dan para warga untuk menetap.
Baca: 14 Oknum Guru Tertular HIV, Penyebabnya akibat Suka Berburu PSK saat Dinas Luar
Sementara itu, Ketua DPRD Kendal, Prapto Utono mengatakan warga diminta untuk menunggu hasil saat pihaknya bertemu dengan DPR RI dan Ombudsman RI beberapa waktu yang lalu.
Terlebih menginap di parkiran DPRD akan membuat kesehatan warga terutama anak kecil menjadi terganggu.
"Kami mencoba menempatkan warga ke tempat lebih layak sembari menunggu hasil proses yang dilakukan oleh pemerintah pusat," terangnya.
Baca: Tak Sadar Jadi Korban Penipuan, Saldo ATM Sania Hampir Rp 30 Juta Tak Bersisa Lagi
Pihaknya pun juga telah meminta kepada bupati agar mengizinkan warga untuk dapat menempati rusunawa yang dimiliki Pemda untuk sementara.
"Di sisi lain Ombudsman pusat juga berjanji akan membangunkan shelter sementara untuk warga huni sementara hingga kasus ini diteliti dan ditindaklanjuti hingga usai," ujarnya.