Sebelum dapat bedah rumah, bersama sang ayah mereka tidur di gubuk beralaskan tikar.
Memasak harus di luar, depan rumah dengan kayu bakar.
Untuk kebutuhan sehari-hari mereka mengaku dapat bantuan dari keluarga dan tetangga.
Putu Suniati berjanji akan berusaha mencari pekerjaan untuk bisa penuhi kebutuhan sehari-hari, dan membiayai sekolah Suarjana.
"Saat Bapak ada, dia yang menanggung semua. Sekarang karena tidak ada, otomatis saya yang mengambil alih tanggung jawabnya. Sekarang saya mau cari kerjaan di Karangasem," kata Putu Suniati.
Sepupu Putu Suniati, Komang Tengah Darmika, mengaku kasihan dengan kondisi 2 anak.
Pihaknya berharap ada bantuan untuk mereka.
Setidaknya bisa untuk penuhi kebutuhan pokok tiap harinya.
"Mereka ingin hidup mandiri. Ni Putu Suniati katanya akan cari kerjaan. Tapi kita akan tetap memantau. Kalau tidak ada makanan kita pasti akan membantu," janjinya.
Perbekel Bebandem, Gede Partadana menjelaskan, keluarga Ni Putu Suniati serta Komang Gede Suarjana masuk kategori keluarga miskin.
Mereka telah menerima program bedah rumah dan rastra.(Tribun Bali/Saiful Rohim)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Duh, Tidur Hanya Beralaskan Tikar, Adakah Semeton yang Tersentuh Untuk Membantu Dua Anak Ini?