TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Gunung Merapi yang ada di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah erupsi dua kali kemarin. Merapi erupsi pada pukul 02.56 WIB dan pukul 10.48 WIB.
Letusan ini diikuti dengan munculnya kolom asap setinggi 6.000 meter ke arah barat.
Durasi letusan selama empat menit dan suara gemuruhnya terdengar dari semua pos pengamatan.
Saat letusan terjadi, kabut tebal menutupi kawah, sehingga tidak terpantau kamera CCTV.
Akibat letusan ini, beberapa desa di Magelang seperti Kalibening dan Sumber terjadi hujan abu.
Di Kroya, Jawa Tengah warga juga mengaku terdampak hujan abu Merapi.
Dari informasi yang dihimpun, hujan abu tipis itu mencakup wilayah Banyumas, Cilacap hingga ke pesisir selatan Jawa Tengah.
Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, hujan abu tipis yang turun di wilayah Kroya dimungkinkan merupakan debu vulkanis dari erupsi Gunung Merapi.
Baca: KPK Tahan Bupati Buton Selatan dan Kontraktor Pengepul Suap
Menurut Teguh, hal itu disebabkan berdasarkan prakiraan kecepatan angin di ketinggian 18.000 feet kemarin pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, berkisar 10 sampai 20 knot dari arah timur-timur laut menuju barat daya.
Sementara itu, kecepatan angin di ketinggian 5.000 feet pukul 07.00 hingga 13.00 WIB, perkirakan 5 hingga 10 knot dari arah timur ke barat.
"Tadi pada pukul 10.00 WIB, pergerakan debu vulkanis dari Gunung Merapi tidak terdeteksi oleh citra satelit cuaca Himawari karena tertutup awan," katanya.
Tidak hanya itu, warga di sekitar lereng Merapi juga mengaku sempat melihat pijar berwarna merah saat Merapi erupsi.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pun memastikan letusan Gunung Merapi sudah tidak lagi berupa letusan freatik melainkan masuk fase magmatik.
"Pijar merah adalah menunjukkan adanya material yang keluar dari dalam karena dorongan gas. Kami bisa menyebutkan (pijar merah) sebuah awal menuju magmatis," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida di Yogyakarta.
Baca: Pemuda yang Ancam Menembak Jokowi Tak akan Menjalani Proses Pidana
Menurut Hanik, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai hadirnya tanda menuju proses magmatis ini sebab belum tentu erupsinya akan sebesar pada 2010 lalu.
"Jangan dibayangkan kalau kami mengatakan magmatis terus seperti (erupsi) 2010. Kelud tahun 2007 yang hanya menimbulkan kubah lava itu juga magmatis, Merapi 2006 itu juga magmatis. Jadi bukan berarti kalau magmatis terus meletus besar, itu tidak," tegasnya.
Hanik meminta agar masyarakat tidak panik dan tetap tenang. Sampai dengan saat ini status Gunung Merapi masih Waspada (Level II).
Hanik sebelumnya menjelaskan alasan menaikkan status Gunung Merapi dari Normal menjadi Waspada.
Menurutnya, peningkatan status tersebut akibat adanya letusan freatik yang terjadi secara berulang-ulang dan berkesinambungan dengan periode waktu tertentu.
Sultan Imbau Warga Tenang
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X mengimbau, masyarakat terutama yang tinggal dan berada di lokasi yang masuk radius rawan terdampak langsung erupsi untuk tetap tenang, namun juga mewaspadai bila sewaktu waktu Merapi erupsi.
"Warga Merapi sudah tahu. Kalau ada yang turun (mengungsi) kita fasilitasi. Namun ada juga yang masih di atas. Masing-masing punya rasa takut berbeda," kata Sultan.
Menurut Sultan, pemerintah berusaha terus memberikan informasi terkini tentang aktivitas Gunung Merapi kepada masyarakat agar masyarakat bisa merespons ketika terjadi erupsi.
Baca: Ditolak Ceramah di UGM, Fahri Hamzah: Bukan Zamannya Melarang Orang Bicara
"Sekali lagi saya meminta masyarakat untuk tetap tenang namun waspada. Memang setiap letusan tak terjadi begitu saja, ada prosesnya. Ini level waspada, kalau leveknya naik masih ada status siaga dan awas. Kita masih pantau, sementara ini kecenderungan menurun," imbuh Sri Sultan.
Terpisah, di Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta aktivitas penerbangan masih berlangsung normal.
Namun, Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso melalui keterangan resminya mengingatkan seluruh pemangku kepentingan penerbangan sipil di Yogyakarta dan yang berhubungan dengan kota Yogya untuk waspada terkait adanya letusan Gunung Merapi pada hari ini sekitar pukul 02.56 WIB dan 10.48 WIB.
Menurut Notam nomor ASHTAM VAWR5415 yang dikeluarkan AirNav Indonesia pada pukul 03.56 WIB, Gunung Merapi yang berada di area FIR Ujung Pandang (WAAF) mempunyai status aktivitas merah (Red Alert) dengan sebaran abu vulkanik mulai dari permukaan hingga flight level 300.
Abu vulkanik juga bergerak ke arah Barat Daya dengan kecepatan 15 Knot.
Informasi bersumber dari citrasatelit CVGHM dan HIMAWARI-8.
"Hingga pagi ini tidak ada rute yang berdampak dan tidak ada rute yang ditutup, maupun rute alternatif. Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta juga masih beroperasi normal. Namun demikian semua stakeholder penerbangan khususnya yang di Yogyakarta dan yang berkaitan, saya instruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan demi keselamatan penerbangan. Baik terhadap kejadian letusan pagi tadi atau letusan lanjutan yang mungkin bisa terjadi," ujar Agus.
Agus meminta semua pemangku kepentingan, terutama pengelola bandara, maskapai penerbangan dan AirNav Indonesia untuk terus memantau perkembangan yang terjadi secara faktual, mengingat kolom abu vulkanik yang tinggi.
Jika memang kondisinya tidak memungkinkan dalam hal keselamatan penerbangan, semua operasional penerbangan harus ditunda. (Tribun Network/bar/nto/yud/wly)